Jumat, 15 Oktober 2010

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP BEBERAPA CABANG OLAHRAGA YANG TERMASUK KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA SISWA SDN WIDASARI KE



PROPOSAL

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP BEBERAPA CABANG OLAHRAGA YANG TERMASUK KE DALAM KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA SISWA

SDN WIDASARI KECAMATAN WIDASARI

KABUPATEN INDRAMAYU

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.

Didalam interaksi penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap – mental – emosional – spiritual – sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.

Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan kesehatan di lingkungan pendidikan formal disesuaikan dngan kurikulum yang sudah ditetapkan serta mengacu pada panduan operasional berupa Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP).

Dalam lingkungan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pendidikan jasmani yang diberikan kepada siswa, berdasarkan pada edaran Departemen Pendidikan Nasional dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) antara lain: (1) olahraga tradisional (pencak silat), (2) sepakbola, (3) bola voli, (4) bola basket, (5) atletik, (6) senam, (7) bulutangkis, (8) kasti dan lain sebagainya.

Hadirnya KTSP atau KBK versi baru yang disempurnakan, merupakan penggantu kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 1994. Pergantian dari kurikulum 1994 ke kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan sekarang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan proses yang terbilang cepat khususnya peralihan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke (KTSP). Hal ini mebuat guru dan siswa merasa belum siap untuk melakukan sebuah perubahan yang begitu cepat. Hal ini menyebabkan tidak meratanya penerapan kurikulum, pada beberapa sekolah masih menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sedangkan sekolah tertentu telah menggunakan KTSP, hal ini tidak saja membuat guru bingung dalam pelaksanaannya, namun juga murid menjadi kurang fokus dalam mempelajari materi pelajaran yang diajarkan. Walaupun perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP tidak menimbulkan perubahan yang signifikan, akan tetapi perubahan dari kurikulum KBK ke KTSP terjadi perubahan yang signifikan terutama dari cara pengajaran dan aspek penilaian terhadap siswa yang lebih menyeluruh tidak hanya mencakup penilaian dari segi kognitif seperti dalam kurikulum sebelumnya.

Hal ini membuat siswa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya dalam hal ini terutama pada mata pelajaran pendidikan jasmani.

B. Masalah Penelitian

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana persepsi siswa terhadap teori beberapa cabang olahraga yang termasuk dalam kurikulum Sekolah Dasar? Dengan aspek-aspek yang akan diungkap sebagai berikut:

a. Pengenalan terhadap beberapa cabang olahraga.

b. Minat terhadap beberapa cabang olahraga

c. Penilaian mengenai kegunaan beberapa cabang olahraga.

2. Bagaimana persepsi siswa terhadap praktek beberapa cabang olahraga yang termasuk dalam kurikulum Sekolah Dasar? Dengan aspek yang akan diungkap sebagai berikut:

a. Tingkat kesulitan beberapa cabang olahraga

b. Intensitas beberapa cabang olahraga

c. Kontinuitas beberapa cabang olahraga

d. Kompetisi beberapa cabang olahraga

C. Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana persepsi siswa terhadap teori beberapa cabang olahraga yang termasuk dalam kurikulum Sekolah Dasar? Dengan aspek-aspek yang akan diungkap sebagai berikut:

a. Pengenalan terhadap beberapa cabang olahraga.

b. Minat terhadap beberapa cabang olahraga

c. Penilaian mengenai kegunaan beberapa cabang olahraga.

2. Bagaimana persepsi siswa terhadap praktek beberapa cabang olahraga yang termasuk dalam kurikulum Sekolah Dasar? Dengan aspek yang akan diungkap sebagai berikut:

a. Tingkat kesulitan beberapa cabang olahraga

b. Intensitas beberapa cabang olahraga

c. Kontinuitas beberapa cabang olahraga

d. Kompetisi beberapa cabang olahraga

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara umum penulis bagi menjadi dua, yaitu manfaat internal dan eksternal adalah sebagai berikut:

1. Manfaat internal bagi penulis sendiri, yaitu melalui karya tulis ini penulis dapat mengetahui persepsi siswa terhadap cabang olahraga yang ada di KTSP.

2. Manfaat eksternal yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan masukan pada guru khususnya guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) pendidikan jasmani baik teori maupun praktek.

b. Memberikan masukan kepada siswa agar lebih memahami materi pendidikan jasmani baik secara teori maupun praktek yang ada pada KTSP

E. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan-pembatasan penelitian yang penuils susun sebagai berikut:

1. Survey dalam penelitian ini hanya dilakukan pada siswa Sekolah Dasar Negeri yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Surakarta.

2. Populasi dari penelitian ini adalah siswa sekolah dasar negeri yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Surakarta.

3. Persepsi siswa terhadap beberapa cabang olahraga yang termasuk daalm KTSP (KBK versi baru) meliputi aspek-aspek pengenalan beberapa cabang olahraga, minat terhadap beberapa cabang olahraga, dan kegunaan beberapa cabang olahraga, sedangkan persespi siswa untuk praktek cabang olahraga meliputi aspek-aspek tingkat kesulitan cabang olarhaga, dan pertandingan beberapa cabang olahraga.

F. Pembatasan Istilah

Untuk menghindari miskonsepsi tentang definisi istilah yang digunakan penulis dalam karya tulis ini, maka penulis membatasi pengertian dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Persepsi adalah kemampuan untuk membedakan, mengelompokkandan sebagainya disebut mengorganisasikan pengamatan atau persepsi (Sarlito, 1991:39).

2. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar (SD) Kelas V dan VI yang ada di wilayah Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.

3. Kurikulum adalah separangkat rencana dan pengaturan menganai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (UU. Sisdiknas, 2003).

4. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. (E. Mulyasa, 2007:8).

A. Tinjauan Teoritis

1. Perngertian persepsi

Definisi mengenai persepsi menurut ilmu psikologi sudah banyak dibahas oleh para ahli. Bimo Walgito (1990:53) menyatakan definisi persepsi sebagai berikut:

Persepsi merupakan suatu proses yang didahuli oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Namun prose situ tidak terhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu diterusakan ke pusat syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari yang ia lihat apa yang ia dengar.

Pendapat lain datang dari Sarlito (1991:39) bahwa “kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, dan sebagainya disebut sebagai kemampuan mengorganisasikan pengamatan atau persepsi”.

Joyce M. Harrison dan Connie L. Blakemore (1989:92) mengemukakan bahwa “perception is process of entering information into the human brain”. Joyce dan Connie menerangkan bahwa persepsi adalah proses masuknya informasi ke dalam otak manusia.

Lebih lanjut Davidof dalam Bimo Walgito (1990:53) menyatakan sebagai berikut: “stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti, tentang apa yang diindera, inilah yang disebut persepsi”.

Mengacu pada pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan gambaran pengamatan yang ada pada kesadaran kita melaui alat indera terhadap suatu objek (benda, situasi, atau kejadian), sehingga individu mendapat gambaran, menginterprestasikan, memperoleh kesan dan pandangan terhadap suatu objek.

2. Latar belakang terjadinya persepsi

Manusia sejak dilahirkan telah menerima stimulus atau rangsangan dari luar disamping dari dirinya sendiri. Ia dipengaruhi lingkungan dan manusia juga mempengaruhi lingkungannya. Terjadinya tingkah laku merupakan hasil interaksi dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, karena individu merupakan bagian dari alam sekitarnya yang tidak dapat lepas dari lingkungannya. Sebagaimana dijelaskan Ngalim Purwanto (1996:36) bahwa, menusai sebagai individu hidup dalam dunia yang bukan dirinya sendiri tetapi mutlak untuk hidupnya, tanpa dunia luar itu ia pasti mati.

Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa betapa sangat pentingnya alam sekitar terhadap individu untuk dapat mengembangkan kelangsungan hidupnya.

Untuk mengenali dunia luar individu akan menggunakan alat inderanya. Ia akan selalu menerima rangsangan dari luar atau lingkungannya, individu akan menerima berbagai macam rangsangan demikian manusia bersifat selektif terhadap rangsangan yang diterimanya. Ini berarti bahwa tidak terhadap semua rangsangana akan diberi respon, tetapi rangsangan tertentu yang akan diterima dan diberi sambutan oleh individu yang bersangkutan. Tindakan selektif ini disebabkan oleh adanya proses penanggapan dalam diri individu yang berbeda-beda terhadap macam-macam rangsangan.

Agar dapat megadakan suatu persepsi ada beberapa syarat yang ahrus terpenuhi, sebagaimana dijelaskan oleh Bimo (1990:54):

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari daladm yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera atau reseptor, yaitu merupakan alatu untuk stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

c. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama suatu perseiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan ada persepsi.

Dari penjelasan tadi penulis dapat ada beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya suatu persepsi diantaranya adalah adanya rangsangan. Adapun yang dimaksud dengan terjadinya suatu stimulus atau rangsang adalah “segala sesuatu yang mengenai reseptor dan menyebabkan aktifnya organisme” (Bimo Walgito, 1990:52). Sebab lain adalah adanya alat indera pada diri individu dan terakhir adanya rangsangan yang diterimanya. Disamping itu harus terpenuhi pula syarat-syarat untuk timbulnya suatu persepsi yakni, adanya objek yang dipersepsi, alat indera atau reseptor, dan perhatian.

3. Proses persepsi

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, bahwa manusai tidak dari lingkungannya. Manusia akan selalu menerima rangsangan atau stimulus dari lingkungannya. Namun tidak berarti bahwa stimulus hanya dapat dari luar individu itu, sebab stimulus juga adapat berasal dari dalam individu sendiri.

Objek-objek yang berada di sekitar individu diterima melalu alat indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu yang diterima yang mengenainya. Untuk lebih jelasnya Bimo (1990:54) menjelaskan tentang terjadinya persepsi sebagai berikut:

Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadri tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya.

Dari paparan di atas Nampak bahwa dalam proses persepsi itu mengalami tiga tahapan, fisiologis dan terakhir adalah proses psikologis. Akan tetapi sebagaimana telah penulis paparkan pada latar belakang mendapat sambutan. Hal tersebut dikarenakan individu tidak hanya dikenai satu stimulus saja, melainkan individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Secara skematis Moskowitz dan Ogel (Bimo Walgito, 1990:55) memberikan gambaran sebagai berikut:



Keterangan:

St = stimulus (faktor luar)

Fi = faktor internal (dalam)

Sp = Struktur oribadi (organisme)

Gambar 1

Hubungan Stimulus dengan Respon

4. Faktor persepsi

Dalam mengadakan persepsi tidak semua stimulus akan direspon oleh individu. Respon yang diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik bagi individu. Dari kenyataan tersebut dilihat bahwa faktor yang sangat mendukung sekali terhadap suatu persepsi adalah stimulus atau rangsang, disamping itu faktor individu turut juga menentukan suatu persepsi.

Faktor lain yang mempengaruhi persepsi adalah sebagaimana dikemukakan oleh Mar’at (1992:22):

Persepsi merpuakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini diperbaharui oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan.

Selanjutnya faktor persepsi tersebut dijelaskan sebaagi berikut:

Text Box: Kepribadian

Gambar 2.

Bagan Persepsi

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa seseorang mengamati suatu objek juga diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Faktor pengalaman, proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan sturktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberi arti terhadap objek tersebut.

5. Beberapa cabang olahraga dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) materi mata pelajaran Pendidikan jasmani telah digolongkan berdasarkan pada tingkat perkembangan dan aspek yang akan di nilai. Secara umum aspek untuk materi mata pelajaran pendidikan jasmani terbagi atas:

a. Aspek permainan dan olahraga

b. Aspek aktivitas pengembangan

c. Aspek aktivitas senam

d. Aspek ativitas ritmik

e. Aspek akuatik, dan

f. Pendidikan Luar kelas

Berikut ini penjelasan lebih rinci mengenai aspek tersebut:

a. Permainan dan olahraga

1) Siswa mampu melakukan berbagai macam bentuk aktivitas permainan dan berbagai cabang olahraga.

2) Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai permainan dan olahraga

3) Siswa memiliki apresiasi terhadap perilaku bermain dan berolahraga yang termanifestasikan ke dalam nilai-nalia, seperti: kerjasama, menghargai teman dan lawan, jujur, adil, terbuka dan lain-lain.

Adapun yang termasuk cabang olahraga pada KTSP antara lain:

1) Permainan tradisional

2) Kasti

3) Sepakbola

4) Bala basket

5) Bola voli

6) Atletik

7) Bulutangkis

8) Senam, dst.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Aktivitas pengembangan

1) Siswa mampu melakukan berbagai aktivitas untuk membentuk postur dan kondisi tubuh yang baik.

2) Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam aktivitas pengembangan dan mengatahui pengaruhnya terhadap kebugaran tubuh dan kondisi yang baik.

3) Siswa merasakan manfaat dari pola hidup aktif terhadap kesehatan dan kondisi tubuh.

c. Uji diri/Senam

1) Siswa mampu melakukan berbagai gerak ketangkasan.

2) Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai gerak ketangkasan.

3) Siswa memiliki nilai-nilai, seperti: kedisiplinan, keberanian, rasa percaya diri, keselamatan diri dan orang lain.

d. Aktivitas Ritmik

1) Siswa mampu melakukan gerakan tubuh sesuai dengan irama.

2) Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir dalam berbagai aktivitas ritmik.

3) Siswa memiliki kepekaan, keharmonisan, dan kehalusan gerak.

e. Akuatik (aktivitas air)

1) Sisa mampu melakukan berbagai macam bentuk permainan dalam air.

2) Siswa memiliki konsep dan keterampilan berfikir tentang berbagai aktivitas air.

3) Siswa memiliki apresiasi terhadap keselamatan, kepedulian, etika dan kebersihan di air.

f. Pendidikan Luar biasa

1) Siswa ddapat beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitar

2) Siswa mengetahui pentingnya keterampilan hidup dan pengalaman hidup di lingkungan dan alam sekitar.

3) Siswa memiliki apresiasi terhadap lingkungan dan alam sekitar.

6. Pengertian kurikulum

Definisi kurikulum banyak diungkapkan oleh para ahli, dan masing-masing pendapat yang diungkapkan oleh para ahli tersebut memilii perbedaan dan kesamaan tersendiri.

Berikut ini beberapa definisi kurikulum yang diungkapkan para ahli:

David Yraff dalam Dakir (2004:5) mengungkapkan definisi kurikulum sebagai berikut:

Kurikulum ialah seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat pelatihan. Definisi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Rencana tersebut dalam bentuk tulisan.

b. Rencana ituialah rencana kegiatan.

c. Kurikuum berisikan hal-hal sebagai berikut

1) Siswa mau dikembangkan kemana?

2) Bahan apa yang akan diajarkan?

3) Alat apa yang digunakan?

4) Bagaimana cara mengevaluasinya?

5) Bagaimana kualitas guru yang diperlukan?

d. Kurikulum dilaksanakan dalam pendidikan formal.

e. Kurikulum disusun secara sistematik

f. Pendidikan latihan mendapat perhatian.

Pendapat yang lain datang dari Donald F. Gay (1960) dalam Asnah Said, yang dikutip Dakir (2004:5) menggunakan beberapa perumusan kurikulum sebagai berikut:

a. Kurikulum terdiri atas sejumlah bahan pelajaran yang secara logis.

b. Kurikulum terdiri atas pengalaman belajar yang direncanakan untuk membaa perubahan perilaku anak.

c. Kurikulum merupakan disain kelompok sosial untuk menjadi pengalaman belajar anak di sekolah.

d. Kurikulum terdiri atas semua pengalaman anak yang mereka lakukan dan rasakan di bawah bimbingan belajar.

Pendapat yang senada diungkapkan oleh Nengly dan Evaras (1967) dalam Dakir (2004:5) sebagai berikut:

Kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan yang dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada kemampuan siswa yang paling baik.

Sedangkan definisi kurikulum yang dipakai Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah sebagai berikut:

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tententu. (UU. Sisdiknas 2003 dalam www.diknas.go.id).

Dari beberapa definisi yang telah penulis ungkapkan pada bagian atas jelaslah yang pada intinya kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkatan sekolah, kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna menyesuaikan berbagai perkembangan, oleh karenanya untuk menyesuaikan dengan kondisi jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

7. Pengenalan dasar KTSP

Kurikulum tingkat satuan pendidikan atau disingkat KTSP merupakan kurikulum penyemnpurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). KTSP lahir sebagai jawaban atas rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, dengan KTSP diharapkan kiprah guru akan lebih dominan terutama dalam menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang pada akhirnya dapat meningkatkan pembelajaran di kelas dengan tujuan peningkatan hasil pembelajaran siswa. Untuk lebih memperjelas pengertian dari KTSP itu sendiri berikut penjelasan selengkapnya.

a. Definisi KTSP

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikuum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. (E. Mulayana, 2007:8)

b. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai. (E. Mulayasa, 2007:24)

8. Komponen kurikulum

Kurikulum merupakan suatu system yang terdiri atas komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena merupakan bagian integral yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Secara umum komponen kurikulum terdiri atas:

a. Tujuan

b. Materi pelajaran/bahan ajar

c. Proses belajar mengajar (PBM)

d. Penilaian/evaluasi



Komponen Kurikulum

Nasution, 1990:4

Proses pendidikan tidak akan terlepas dari empat komponen di atas, yaitu: tujuan, materi/isi pembelajaran, proses belajar mengajar (PBM), dan evaluasi. Keempat komponen tersebut merupakan satu system. Yang satu sama lain saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri.

Tujuan merupakan sasaran atau target yang ingin dicapai, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan maka materi/isi dari pendidikan harus dirumuskan dan direncanakan terlebih dahulu, dimana proses belajar mengajar merupakan pelaksanaan aktivitas belajar, tempat terjadinya interaksi antara siswa dan guru, yang juga haurs mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan evaluasi adalah proses pemberian penilaian, sejauh mana ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan.

9. Kurikulum sekolah dasar

Pada dasarnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak berbeda dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dengan kata lain KTSP merupakan penyempurnaan dari KBK, satu hal yang membedakan antara KTSP dengan KBK adalah pada kurikulum tingkat satuan pendidikan guru diberi hak untuk menyusun sendiri kurikulum dengan tetap berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan, sementara pada KBK hak demikian belum diberikan kepada guru, akan tetapi guru tinggal menggunakan kurikulum yang telah ditetapkan dan di drop dari pusat.

Struktur SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daeradh, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan. Pengembengan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembengan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebuutuhan, bakan, dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

2) Substansi mata pelajran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

3) Pembelajaran pada kelas I s.d. II dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

4) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dala sturktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan.

5) Alokasi waktu jam pembelajaran adlah 35 menit.

6) Minggi efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34 – 38 minggu. (E. Mulyasa, 2007:50-51).

Strujtur kurikulum SD/MI adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Komponen Mata Pelajaran SD/MI

KOMPETENSI

KELAS DAN ALOKASI WAKTU

I

II

III

IV, V, & VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama

3

2. Pendidika kewarganegaraan

2

3. Bahasa Indonesia

5

4. Matematika

5

5. Ilmu Pengetahuan Alam

4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

3

7. Seni Budaya dan Keterampilan

4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan lokal

2

C. Pengetahuan Diri

2*)

jumlah

26

27

28

32

2*) ekuivalen 2 jam pembelajaran

Ruang lingkup mata pelajaran secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Secara Umum

No.

Kelompok Mata Pelajaran

Ruang Lingkup

1

Agama dan Akhlak Mulia

Kelompok mata pelajaran agama dan Akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulis. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

2

Kewarganegaraan dan Kepribadian

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hokum, kataatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme.

3

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berfikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri.

4

kewarganegaraan dan kepribadian

kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk meningkatkan keindahan serta harmonisasi. Kemampuan mengapresiasi dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan kemampuan mengekspresikan dan mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.

5

Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

kelompok mata pelajran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk meningkatkan pofisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

10. Anggapan dasar

Penulis memiliki beberapa anggapan dasar sebagai berikut:

a. Untuk mengenal dunia luar, individu akan menggunakan alat inderanya. Ia akan selalu menerima rangsang dari lingkungannya. Bagaimana ia dapat mengenali dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi.

b. Beberapa cabang olahraga yang termasuk dalam kurikulum SD diharapkan dapat mengembangkan potensi fisik dan mental peserta didik.

11. Desain penelitian



B. METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan tempat penelitian

Rencana Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2010. Adapun waktu tersebut penulis lakukan untuk penyebaran angket kepada siswa Sekolah Dasar Widasari di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu dan melakukan wawancara serta pengamatan secara langsung terhadap sampel yang dipilih.

2. Metode penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan menyajikan apa adanya.

Penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan antara variable, pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan antar fakta, dan lain-lain (Subana dan Sudrajat, 2005:26-27).

Lebih lanjut Surakhmad (1995:140) menguraikan ciri-ciri peneltian deskriptif sebagai berikut:

a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah actual.

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik).

Berdasarkan pada keterangan di atas, penulis berkesimpulan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode yang berusaha menggambarkan atau melukiskan situasi-situasi atau kejadian yang ada pada masa sekarang.

Dan untuk mendeskripsikannya diperlukan adanya fakta dan data terkait, oleh karenanya penulis melakukan pengumpulan data dengan cara angket atau kuesioner. Mengenai angket atau kuesioner Suharsimi (1999:124) menjelaskan sebagai berikut:

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalamarti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrument, jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrument yang dipakai adalah angket atau kuesioner.

Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1999:121) juga memberi penjelasan sebagai berikut:

Untuk beberapa metode, kebetulan istilahbagi instrumennya memang sama dengan metodenya:

a. Instrument untuk metode tes adalah tes atau soal tes.

b. Instrument untuk metode angket/kuesioner adalah angket atau kuesioner.

c. Instrument untuk metode observasi adalah chek-list.

d. Instrument untuk metode dokumentasi adalah pedoman doumentasi, atau dapat juga chek-list.

Bentuk daria angket yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup atau terstruktur, responden hanya diminta jawaban dengan cara memberikan tanda cek (√) pada alternatif jawaban yang disediakan.

3. Populasi dan sampel

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1999:102) adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi populasinya adalah seluruh siswa SD kelas V, VI yang ada di SDN Widasari Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.

Dalam penarikan sampel penulis merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002:112) yang menyatakan bahwa “Apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, selanjutnya jika populasinya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%. Berdasarkan ketentuan tersebut penulis mengambil sampel yaitu 25% sebanyak 130 siswa sekolah dasar yang ada di SDN Widasari Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.

Tabel 3

Sebaran Angket

NO.

SEKOLAH

JUMLAH SISA

SAMPEL

1

WIDASARI I

361

40

2

WIDASARI II

241

30

3

WIDASARI III

203

30

4

WIDASARI IV

228

30

Jumlah Sampel

130

4. Alat pengumpul data

a. Observasi

Dalam hal ini penulis melakukan observasi/pengamatan terhadap objek yang dimaksud untuk memperoleh gambaran secara nyata di lapangan.

b. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk mencari informasi secara langsung dari narasumber.

c. Angket

Menurut Suharsimi Arikunto (1990:136) angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.

5. Langkah-langkah penyusunan angket

a. Menyusu lay out angket

b. Membuat kerangka pertanyaan

c. Menyusun urutan pertanyaan

d. Membuat format

e. Membuat petunjuk pengisian

f. Menyusun angket

Tabel 4

Penentuan Skor Pertanyaan

No.

Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban

Positif

Negatif

1.

2.

3.

4.

5.

Sangat Setujua

Setuju (S)

Ragu-Ragu (R)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2

1

1

2

3

4

5

Tabel 5

Kisi – Kisi Angket

No

Komponen

Sub Komponen

Indikator

1

teori cabang olahraga

1. Ateletik

a. Mengenal olahraga atletik

b. Minat terhadap olahraga atletik

c. Kegunaan olaharaga atletik

2. Sepakbola

a. Mengenal olahraga sepakbola

b. Minat terhadap olahraga sepakbola

a. Kegunaan olaharaga sepakbola

3. Senam

a. Mengenal olahraga senam

b. Minat terhadap olahraga senam

c. Kegunaan olaharaga senam

4. Bola voli

a. Mengenal olahraga bola voli

b. Minat terhadap olahraga bola voli

c. Kegunaan olaharaga bola voli

5. Kasti

a. Mengenal olahraga kasti

b. Minat terhadap olahraga kasti

c. Kegunaan olaharaga kasti

6. Bulutangkis

a. Mengenal olahraga bulutangkis

b. Minat terhadap olahraga bulutangkis

c. Kegunaan olaharaga bulutangkis

2

praktek cabang olahraga

1. Ateletik

a. Tingkat kesulitan olahraga atletik

b. Intensitas olahraga atletik

c. Kontinuitas olaharaga atletik

d. Pertandingan olahraga atletik.

2. Sepakbola

a. Tingkat kesulitan olahraga Sepakbola

b. Intensitas olahraga Sepakbola

c. Kontinuitas olaharaga Sepakbola

d. Pertandingan olahraga Sepakbola.

3. Senam

a. Tingkat kesulitan olahraga Senam

b. Intensitas olahraga Senam

c. Kontinuitas olaharaga Senam

d. Pertandingan olahraga Senam.

4. Bola voli

a. Tingkat kesulitan olahraga Bola voli

b. Intensitas olahraga Bola voli

c. Kontinuitas olaharaga Bola voli

d. Pertandingan olahraga Bola voli.

5. Kasti

a. Tingkat kesulitan olahraga Kasti

b. Intensitas olahraga Kasti

c. Kontinuitas olaharaga Kasti

d. Pertandingan olahraga Kasti

6. Bulutangkis

a. Tingkat kesulitan olahraga Bulutangkis

b. Intensitas olahraga Bulutangkis

c. Kontinuitas olaharaga Bulutangkis

d. Pertandingan olahraga Bulutangkis

Tabel 6

Pedoman Penafsiran Angket

SKOR

INTERPRESTASI

566 – 666

465 – 565

365 – 464

264 – 364

164 – 263

Baik sekali

Baik

Sedang

Kurang

Kurang sekali

6. Teknik analisis data

a. Pelaksanaan uji coba. Dalam hal ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah yang ditempuh sebagai berikut, Menjelaskan cara pengisian alternatife jawaban, selanjutnya setelah diuji coba menentukan kadar validitas dan reliabilitas yang telah diuji cobakan.

Adapun langkah-langkah untuk mencari validitas adalah sebagai berikut:

1) Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.

2) Memberikan skor pada seluruh butir pernyataan.

3) Merangking skor responden dari yang didapat dari seluruh butir pernyataan.

4) Menetapkan 27% responden yang memperoleh skor tertinggi dan dimasukkan kepada kelompok atas.

5) Menetapkan 27% responden yang memperoleh skor terendah dan dimasukkan kepada kelompok bawah.

6) Mencari skor rata-rata dari tiap butir pernyataan untuk kelompok atas maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Ketarangan:

: skor rata-rata yang dicapai

: jumlah dari skor yang didapat

: skor yang didapat

N : banyaknya sampel

7) Mencari simpangan baku dari tiap-tiap butir pernyataan baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : simpangan baku yang dicari

: skor masing-masing kelompok yang dikuadratkan

: skor rata-rata n

N : banyaknya sampel

8) Mencarai variansi gabungan untuk setiap butir pernyataan antara kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Arti tanda-tanda rumus tersebut adalah sebagai berikut:

= variabel gabungan

, = standar deviasi setiap kelompok atas yang dikuadratkan.

= standar deviasi setiap kelompok bawah yang dikuadratkan

= banyaknya sampel kelompok atas

n2 = banyaknya sampel kelompok bawah

9) Mencari nilai t hitung pada setiap butir pernyataan dari kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t = nilai t hitung setiap butir

X1 = nilai rata-rata kelompok atas

X2 = nilai rata-rata kelompok bawah

S = simpangan baku gabungan

= banyaknya sampel kelompok atas

n2 = banyaknya sampel kelompok bawah

10) Selanjutnya membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel dalam taraf nyata 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir pernyataan tes dilakukan melalui pendekatan signifikansi adalah jika t hitung besar dari atau sama dengan t tabel = 2,09 dinyatakan pernyataan tersebut dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data. Tetapi jika sebaliknya t hitung kecil dari t tabel = 2,09 maka pernyataan tersebut tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian pernyataan tersebut tidak bisa dipergunakan sebagai alat pengumpul data.

Sedangkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument, penulis melakukan pendekatan sebagai berikut:

1) Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor genap dan bernomor ganjil.

2) Skor dari butir-butir soal yang bernomor genap dikelompokkan menjadi variabel X dan skor butir-butir soal ganjil dijadikan variabel Y

3) Mengkorelasikan antara skor butir-butir yang bernomor genap dengan butir-butir soal yang bernomor ganjil, dengan menggunakan pendekatan rumus teknik korelasi Pearson Momen, sebagai berikut:

Keterangan:

Rxy = korelasi yang dicari

N = jumlah sampel

= jumlah X

= jumlah Y

= jumlah x dikali Y

= jumlah x2

= jumlah Y2

4) Mencari seluruh perangkat item tes, dengan menggunakan rumus Speraman Broew sebagai berikut:

Keterangan:

R11 = koefisien seluruh yang dicari

2.rxy = dua kali koefisien korelasi

1 + rxy = satu ditambah koefisien korelasi

5) Menguji koefisien seluruh item tes dengan menggunakan rumus yang dikembangan oleh Sudjana sebagai berikut:

Keterangan:

t = Nilai hitung yang dicari

r = koefisien korelasi variabel

n = Jumlah sampel

Dari hasil perhitungan melalui teknik korelasi Pearson Product Moment dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown, untuk menentukan nilai t hitung, nilai r seluruh item tes telah dihasilkan.

Tabel 7

Hasil Uji Validitas Item Angket

No. Soal

Nilai t - hitung

Nilai t - tabel

Validitas

1

2,32

2,09

Valid

2

2,61

2,09

Valid

3

2,20

2,09

Valid

4

2,18

2,09

Valid

5

3,14

2,09

Valid

6

2,33

2,09

Valid

7

2,40

2,09

Valid

8

2,56

2,09

Valid

9

3,18

2,09

Valid

10

2,77

2,09

Valid

11

4,56

2,09

Valid

12

2,39

2,09

Valid

13

3,08

2,09

Valid

14

2,57

2,09

Valid

15

3,97

2,09

Valid

16

2,11

2,09

Valid

17

3,64

2,09

Valid

18

2,41

2,09

Valid

19

3,53

2,09

Valid

20

2,11

2,09

Valid

21

2,68

2,09

Valid

22

2,71

2,09

Valid

23

2,25

2,09

Valid

24

3,85

2,09

Valid

25

2,24

2,09

Valid

26

2,67

2,09

Valid

27

2,61

2,09

Valid

28

2,15

2,09

Valid

29

2,57

2,09

Valid

30

3,15

2,09

Valid

31

2,17

2,09

Valid

32

2,35

2,09

Valid

33

2,52

2,09

Valid

34

3,47

2,09

Valid

35

2,27

2,09

Valid

36

2,81

2,09

Valid

37

3,58

2,09

Valid

38

2,61

2,09

Valid

39

2,91

2,09

Valid

40

2,64

2,09

Valid

1 komentar:

  1. merit casino【WG】tennis gold rush
    dan 메리트 카지노 고객센터 the gold rush casino【WG98.vip】⚡,tennis gold rush 바카라 casino,【WG98.vip】⚡,tennis gold rush casino,goluck 제왕카지노 jackpot slots

    BalasHapus