Jumat, 15 Oktober 2010

KONTRIBUSI FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN SENDI BAHU TERHADAP KETERAMPILAN DROPSHOOT (FOREHAND) DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VI



PROPOSAL

KONTRIBUSI FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN SENDI BAHU TERHADAP KETERAMPILAN DROPSHOOT (FOREHAND) DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VI

SDN CIKAWUNG II TERISI KABUPATEN INDRAMAYU

A. Latar Belakang Masalah

Permainan bulutangkis merupakan cabang olahraga permainan yang digemari oleh masyarakat Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari anak-anak hingga dewasa baik di daerah maupun di kota-kota besar. Hal ini ditunnjukkan dengan banyaknya masyarakat yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor) dan lapangan terbuka (outdoor). Orang-orang yang melakukan permainan ini dengan berbagai tujuan diantaranya adalah sebagai 1) olahraga rekreasi, 2) olahraga pendidikan, 3) olahraga kesehatan atau media untuk meningkatkan kesegaran jasmani, dan 4) olahraga prestasi.

Permainan bulutangkis sebagai olahraga prestasi mendapat perhatian yang relative besar dari masyarakat yang ditunjukkan dengan dukungan dan pembinaan melalui berbagai wadah yang salah satunya adalah sekolah atu diktat yang dilakukan oleh pengurus cabang persatuan bulutangkis seluruh Indonesia (pengcab PBSI). Wadah ini merupakan wujud kepedulian masyarakat terhadap perkembangan bulutangkis dan upaya pencapaian terhadap prestasi yang setinggi-tingginya. Sekolah atau diklat bulutangkis sebagai wadah pembinaan oleharaga bulutangkis usia dini mulai banyak bermunculan di daerah-daerah. Dalam upaya pembinaan, keberadaan diklat bulutangkis menempati posisi penting, karena para pesertanya adalah anak-anak usia sekolah yang merupakan bibit-bibit atau sumber daya manusia yang sangat diharapkan bagi perkembangan prestasi olahraga bulutangkis di masa mendatang.

Dengan bermunculan atlet-atlet usia dini di tingkat nasional akan berdampak sebagai penerus generasi atlet atau pemain senior. Oleh karena itu, atlet atau pemain usia dini yang bepotensi hendaknya pelu dibina agar menjadi atlet atau pemain bulutangkis yang dapat bersaing di tingkat nasional, regional, maupun intenasional. Berkaitan dengan prestasi cabang olahraga bulutangkis Indonesia menunjukkan fakta bahwa atlet-atlet bulutangkis Indonesia telaih meraih beberaa tournament dan kejuaraan yang bertaraf indternasional, diantaranya: piala Thomas sebanyak 8 kali, Piala Uber 3 kali, Rudi Hartono juara All England 8 kali, Susi Susanti 4 kali, Liem Swi King 3 kali, dan pasangan ganda putra cristian Hadinata dengan Ade Chandra 2 kali. Bahkan, di tahun 2005 seorang atlet muda bernama Taufik Hidayat telah meraih juara dunia pada kejuaraan World cup Championship di Amerika Serikat dan menjadi Juara Olympic Game di Athena.

Keberhasilan atlet tersebut, dikarenakan atlet berlatih secara teratur, sistematis dan berkesinambungan dengan didukung oleh kualitas kepelatihan, manajemen kepelatihan olahraga, peningkatan dalam pengadaan sarana dan prasarana latihan yang memadai. Selain itu juga harus memperhatikan aspek-aspek latihan seperti: teknik, taktik, fisik, dan mental yang baik. Djide (1979:71) menjelaskan bahwa: “Training pada dasaranya mengandung empat aspek, antara lain: 1) Physical training, 2) technical training, 3) tactical training, 4) mental training”.

Dalam permainan bulutangkis kemampuan pemain ditentukan oleh penguasaan teknik dasar yang baik, oleh karena itu penguasaan teknik dasar mutlak diperlukan agar prestasi dapat ditingkatkan. Untuk dapat bermain bulutangkis, maka seorang pemain harus menguasai teknik permainan bulutangkis seperti: grips, stand, footwork, dan strokes. Mengenai hal ini, Subardjah (2000:21) menjelaskan bahwa:

Keterampilan dasar atau teknik dasar permainan bulutangkis yang perlu dipelajari secar umum dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian yaitu: 1) cara memegang raket (grips), 2) sikap berdiri (stance), 3) gerakan kaki (footwork), dan 4) pukulan (strokes).

Mengacu pada penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknik dasar dalam permainan bulutangkis dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu: 1) teknik memegang raket (grips), 2) teknik menguasai posisi berdiri (stance), 3) teknik mengatur kerja kaki (footworks), dan 4) teknik menguasai pukulan (strokes).

Untuk meningkatkan keterampilan dalam bermain bulutangkis, maka setiap pemain harus berusaha untuk meningkatkan keterampilannya dan menguasai berbagai teknik dasar dalam permainan bulutangkis, salah satunya adalah teknik memukul shuttle cock. Meskipun pada dasarnya dalam permainan bulutangkis ada bermacam-macam jenis pukulan, tetapi beberapa diantaranya mempunyai gerak permualaan yang sama seperti smash, lob dari atas kepala dan drop dari atas kepala. Teknik menguasai pukulan (strokes) yang sangat penting dan dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis adalah teknik dropshoot.

Pukulan dropshoot dapat dilakukan dari atas kepala, samping badan atau dari bawah, baik dengan backhand atau forehand tergantung dengan arah datangnya shuttle cock. Dalam penelitian, ini difokuskan pad teknik forehand dropshoot. Berkenaan dengan teknik dropshot tersebut Grice yang diterjemahkanoleh Eri Desmarini Nasution (2007:71) menjelaskan bahwa: “dropshoot adalah pengembangan atau pukulan yang melintasi di atas net dan jatuh kearah lantai dipukul secara underhand atau overhead dari dekat net atau belakang”. Dilihat dari analisis gerak dropshoot atau dikenal dengan istilah pukulan potong dilakukan seperti pukulan smash. Perbedaannya hanya pada posisi raket saat perkenaan dengan shuttle cock, shuttle cock dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dengan kata lain, dropshoot yang baik apabila jatuhnya shuttle cock dekat dengan net dan tidak melewati garus short service. Karakteristik dropshoot ini adalah shuttle cock senantiasa jatuh dekat net di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu, pemain harus mampu melakukan dengan sempurna dari berbagai sikap dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan.

Poole yang diterjemahkan oleh redaktur Pionir Jaya (2007:33) dijelaskan bahwa: “sikap persiapan awal dan gerak memukul digunakan sepenuhnya gerakan lengan bawah dan pergelangan tangan, tetapi shuttle cock harus didorong dengan lembut menyeberangi jarring dan gerakannya tidak dipukul”. Dalam pelaksanaanna dropshoot ini, maka seyogyanya shuttle cock ditempatkan pada sudut-sudut lapangan lawan sedekat mungkin dengan jarring net. Dalam hal ini, Grice yang diterjemahkan oleh Eri Dasmarini Nasution (2007:72) memaparkan bahwa:

Penting bagi anda untuk memulai gerkaan melempar, caranya mendorong shuttle cock dengan bahu yang dibalikan menyamping kea rah net. Hal ini penting untuk menipu lawan. Selain itu, jangan memendekkan tangan atau menekukkan sikut saat melakukan pukulan. Gerakan ini akan mengisyaratkan lawan bahwa anda akan melepaskan pukulan drop.

Sesuai dengan kutipan di atas, maka persendian bahu harus mempunyai kualitas fleksibilitas yang baik. Selain itu dalam melakukan pukulan dropshoot agar berhasil dengan baik, maka harus didukung oleh pergelangan tangan yang luwes. Fleksibilitas tangan berperan ketika melakukan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis, karena fleksibilitas pergelangan tangan merupakan poros dari gerakan tangan untuk melakukan dropshoot (forehand). Dengan adanya fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu, maka pukulan dropshoot tersebut dapat dilakukan dengan terkontrol dan dapat mengarahkan dan menempatkan shuttle cock pada daerah dekat net atau jarring, sehingga shuttle cock sulit untuk dikembalikan oleh lawan.

Walaupun dari kedua komponen kondisi fisik tersbut mempengaruhi terhadao keterampilan dropshoot (forehand), tetapi sejauh ini belum diketahui seberapa besar kontribusi atau dukungan fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis. Dengan demikian, hal inilah yang melatar belakangi permasalahan sebagai iosu untuk mengetahui kontribusi yang lebih konkrit pada komponen fisik tersebut, guna mencapai keterampilan dropshoot (forehand) yang maksimal delam permainan bulutangkis tanpa mengesampingkan aspek-aspek yang lainnya. Bertitik tolak pada permasalahan di atas, penuis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “kontribusi fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis”.

B. Masalah Penelitian

Mendasari semua permasalahan yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka masalah penelitian yang perlu diteliti sebagai berikut:

1. Apakah terdapat kontribusi yang positif dari fleksibilitas pergelangan tangan terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis?

2. Apakah terdapat kontribusi yang positif dair fleksibilitas sendi bahu terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis?

3. Apakah terdapat kontribusi yang positif dari fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu secar bersama-sama terhadeap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kontribusi yang positif dari fleksibilitas pergelangan tangan terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis?

2. Untuk mengetahui kontribusi yang positif dair fleksibilitas sendi bahu terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis?

3. Untuk mengetahui kontribusi yang positif dari fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu secar bersama-sama terhadeap permainan bulutangkis.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan dalam bidang kepelatihan dan dapat dijadikan acuan para pelatih, Pembina olahraga bulutangkis, dan guru pendidikan jasmani untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi teknik dropshoot seorang atlet atau pemain bulutangkis.

2. Secara praktis dapat memberikan sumbangna dalam upaya mengevaluasi hasil latihan bagi para pelatih, Pembina oleharaga bulutangkis, dn guru pendidikan jasmani khususnya mengenai teknik dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis dalam penerapan kondisi fisik fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu terhadap prestasi yang maksimal, sehingga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan dalam proses pembinaan atlet atau pemain bulutangkis yang dipandang mempunyai hubungan erat sekali dengan pencapaian prestasi.

E. Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari terjadinya Variabel penelitian yang luas, maka perlu untuk membatasi ruang lingkup dari permasalahan yang ada. Adapun pembatasan penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

3. Populasi dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah atlet PB Garuda Tangkas di Indramayu.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran beberapa istilah dalam penelitian ini maka perlu untuk memberikan penjelasan mengani istilah-istilah yang digunakan antara lain:

1. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastic tidaknya otot-otot, tendon, dan ligament. (Harsono, 1988:163). Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fleksibilitas pergelangan tangan dan bahu untuk bergerak dalam ruang gerak sendi pergelangan tangannya dalam melakukan dropshoot.

2. Pukulan forehand adlah pukulan yang dilakukan dari sisi tubuh sebelah kanan. (Poole yang diterjemahkan oleh redaktur Pionir Jaya, 2007:135).

3. Dropshoot adalah pukulan lambat yang diarahkan ke daerah net dari daerah belakang lapangan, atau dari daerah net yang satu ke daerah net di seberangnya (Johnson yang diterjemahkan oleh redaktur CV. Mutiara, 1990:144).

4. Keterampilan dipandang sebagai satu perbuatan yang merupakan sebuah indicator dari tingkat kemahiran, juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu tugas (Lutan, 1988:94). Dalam hal ini adalah keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

5. Permainan bulutangkis adalah olahraga permainan yang dimainkan di sebuah lapangan berbentuk persegi panjang oleh satu lawan satu atau dua lawan dua, dengan dibatasi oleh net yang bertujuan untuk mematikan permainan lawan dengan secepat-cepatnya dan berusaha untuk mengembalikan shuttle cock hasil lawannya. (Subardjah, 2000:11)

G. Tinjauan Teoritis, Anggapan Dasar, dan Hipotesis

1. Tinjauan Teoritis

a. Hakikat Permainan Bulutangkis

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Munculnya klub-klub bulutangkis dapat dijadikan bukti bahwa olahraga ini banyak diminati oleh banyak masyarakat. Maka, dengan semakin banyaknya perkumpulan bulutangkis atau pusat latihan bulutangkis di tiap-tiap daerah yang membina atlet-atlet usia dini dengan harapan akan berprestasi lebih baik. Sejalan dengan perkembangan olahraga bulutangkis, prestasi terbaik merupakan dambaan untuk setiap atlet maupun pelatih. Untuk mencapai hal itu tidaklah mudah dalam meuwujudkannya, oleh karena prestasi yang optimal membutuhkan pembinaan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Setiap cabang olahraga memiliki cirri khas permainan masing-masing yang mencerminkan tujuan, cara pelaksanaan, dan tuntutanan dalam pembinaan. Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual dan dapat dilakukan dengan caa satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebaagai alat pemukul dan shuttle cock sebagai objek yang dipukul.. lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh et atau jarring yang berfungsi untuk memisahkan daerah permainan lawan yang saling berhadapan.

Tujuan permainan bulutangkis adalah berushaa untuk menjatuhkan shuttle cock di derah permainan lawan dan menjaga agar tidak jatuh di lapangan sendiri, seperti yang dikemukakan Subardjah (2000:13) bahwa:

Tujuan permainan bulutangkis adalah berusaha untuk menjatuhkan kok di daerah permainan lawan dan berusaha agar lawan tidak dapat memukul kok dan menjatuhkannya di daerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung, masing-masing harus berusah agar kok tidak menyentuh lantai di daerah permainan sendiri apabila koki jatuh dilantai atau menyangkut di net maka permainan terhenti.

Dari penjelasan di atas, maka dalam permainan bulutangkis pemain harus berusha secepat mungkin mengembalikan shuttle cock ke daerah lapangan permainan lawaqn dan menyulitkan lawan untuk mengembalikan shuttle cock. Kekhasan permainan bulutangkis adalah pada objek permainan yang digunakan berupa shuttle cock yang dipukul bolak-balik (rally) menggunakan raket tanpa menyentuh lantai lapangan. Angka diperoleh seorang pemain jika shuttle cock yang dipukulnya melewati net dan jatuh pada daerah lapangan lawan aatu lawan tidak dapat mengembalikan shuttle cock dengan sempurna.

Dalam permainan bulutangkis terjadi beberapa peubahan aturan permainan dan perubahan peraturan permainan ini telah disosialisasikan pada tahun 2008. Berkaitan dengan diantara perubahan point pada permainan bulutangkis dijelaskan PBSI (2008:3) bahwa:

Pemain dikatakan menang apabila dapat mengumpulkan angka sebanyak 21 poin dalam setiap babaknya. Permainan ini menggunakan system two-winning set. Artinya kemenangan bagi seorang pemain diperoleh dengan memenangkan dua babak secara berturut-turut atau satu babak tambahan jika terjadi angka kemenangan yang sama yaitu 1 – 1.

1) Teknik Dasar Permainan Bulutangkis

Dalam permainan bulutangkis untuk dapat meraih kemenagna diperlukan penguasaan teknik dasar yang baik. Dengan teknik dasar yang baik dari setiap individu akan menentukan kemampuan penampilannya, sehingga kemenangan dalam permainan pun akan diraih sebagai hasil akhir dari suatu pertandingan. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Kosasih (1993:135) bahwa: “untuk mempertinggi prestasi bulutangkis teknik erat hubungannya dengan kammpuan gerak, kondisi fisik, taktik dan mental”.

Untuk mencapai prestasi yang maksimal, maka setiap cabang olahraga harus memperhatikan beberapa aspek, salah satunya adalah penguasaan teknik dasar yang sempurna. Oleh karena itu penguasaan teknik dasar mutlak diperlukan agar prestasi dapat dtingkatkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Harsono (1988:100) sebagai berikut:

Kesempurnaan teknik-teknik dsar dari setiap gerkan adalah penting oleh karena itu akan menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu, gerak-gerak dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang olahraga haruslah dilatih dan dikuasai secara sempurna.

Dengan dikuasainya teknik dasar secara sempurna, maka setiap pemain bulutangkis diharapkan dapat bermain secara efektif dan efisien sehingga pada akhirnya prestasi yang maksimal dapat tercapai. Dalam permainan bulutangkis seorang pemain bulutangkis terdapat beberapa teknik dasar yang harus dikuasai oleh pemain. Untuk menjadi seorang pemain bulutangkis yang berprestasi, maka perlu dituntut untuk memamhami dan menguasai berbagai teknik dasar pukulan secara sempurna. Mengenai teknik dasar dalam permainan bulutangkis, Mukarto (1999:139) dijelaskan bahwa: “teknik dalam keterampilan bulutangkis dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu: 1) teknik memegang raket (grips), 2) tekniok mengatur kerja kaki (footwork), 3) teknik menguasai pukulan (strokes) , dan 4) teknik menguasai posisi (stance)”. Sedangkan Tohar (1992:60) menjelaskan sebagai berikut:

Penguasaan pokok yang harus dipahami dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis. Penguasaan teknik dasar ini mencakup:

1. Cara memegang raket

2. Gerakan pergelangan tangan

3. Gerakan melangkahkan kaki

4. Pemusatan pikiran

Berdasarkan penjelasan dari para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsure dasar dalam permainan bulutangkis dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu 1) teknik memegang raket (grips), 2) teknik menguasai posisi berdiri (stance), 3) teknik mengatur kerja kaki (footwork), dan 4) teknik menguasai pukulan (strokes). Dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teknik pukulan (strokes).

Dalam permainan bulutangkis setiap pemain dituntut untuk menguasai berbagai teknik dalam melakukan pukulan atau pola gerakan dalam memukul shuttle cock. Pukulan-pukulan atau pola gerakan dalam permainan bulutangkis secara garis besar terdiri dari tiga jenis, yaitu yang dilakukan dari atas kepala, dari samping badan, dan dari bawah, baik itu dilakukan dengan forehand ataupun backhand yang pelaksanaannya disesuaikan dengan aarah shuttle cock. Johnson (1990:22) menjelaskan seperti yang tertetera di bawah ini:

Pukulan-pukulan pokok terdiri dari pola-pola gerakan tertentu untuk memukul shuttle cock secara underhand (dari bawah ke atas), sidearm (dari samping lengan) dan overhead (dari atas kepala ke bawah), baik untuk backhand maupun forehand.

Pada saat menggunakan suatu pola pukulan pokok tersebut pemain dapat menghasilkan suatu jenis pukulan service, lob, dropshoot, smash, dan drive. Teknik-teknik memukul shuttle cock tersebut digunakan sesuai dengan tujuan untuk melakukan serangan ataupun untuk pengembalian hasil pukulan dari lawan. Dalam penelitian ini memfokuskan pada teknik forehand dropshoot.

2) Teknik Forehand Dropshoot

Pukulan dropshoot merupakan pukulan lunak dengan menjatuhkan shuttle cock sedekat mungkin dengan net di daerah lawan melewati net bagian atas. mengenai pukulan dropshoot, Alhusin (2007: 46-47) menjelaskan bahwa:

Dropshoot atau pukulan potong merupakan pukulan yang dilakukan seperti smash. perbedaannya terletak pada posisi raket saat perkenaan dengan shuttle cock. shuttle cock dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. dropshoot yang baik dilakukan apabila jatuhnya shuttle cock dekat dengan net dan idak melewati garis servis.

Pukulan overhead dropshoot yang dilakukan secara cermat dan tepat akan menyulitkan lawan untuk mengantisipasi atau mengembalikannya. Hal ini berarti bahwa seorang pemain bulutangkis dikatakan berhasil dalam melakukan pukulan dropshoot apabila pemain tersebut dapat melakukannya secara tepat. Dengan kata lain shuttle cock yang dipukul harus jatuh sedekat-dekatnya dengan net di daerah lawan dengan melewati net di bagian atas. Oleh karena itu, pukulan overhead dropshoot yang dilakukan secara cermat dan tepat akan menyulitkan lawan untuk mengantisipasi atau mengembalikan shuttle cock dengan sempurna.

Ciri yang paling penting dari pukulan overhead dropshoot yang baik adalah gerakan tipuan. Gerak tipuan pada pukulan overhead dropshoot tersbeut, kadang-kadang sulit untuk diantisipasi dan dapat menghasilkan angka/poin kemenangan. Alhusin (2007:47) menjelaskan bahwa:

Ciri utama dalam pukulan potong ini adalah shuttle cock selalu jatuh dekat jarring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu, pemain harus mampu melalukakn pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Factor pegangan raket, gerak kaki yang cepat, posisi badan, dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan factor penentu keberhasilan pukulan ini.

Dalam pemainan bulutangkis, pukulan overhead dropshoot hasilnya akan lebih efektif apabila pemain dapat mengkombinasikan pukulan lob dan smash, karena hal ini memaksa lawan untuk lebih banyak bergerak. Berkaitan dengan hal ini, Grice yang diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007:71) menjelaskan bahwa:

Dropshoot (pukulan drop) dipukul rendah, tepat di atas net, dan pelan, sehingga shuttle cock langsung jatuh ke lantai. Shuttle cock dipukul di depan tubuh dengan jarak lebih jauh dari pukulan clear overhead, dan permukaan raket anda dimiringkan untuk mengarahkan shuttle cock lebih ke bawah. Shuttle cock lebih seperti diblok atau ditahan daripada dipukul.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa penekanan gerakan pukulan overhead dropshoot hamper sama dengan pukulan overhead lainnya. Namun, ketika melakukan pukulan overhead dropshoot shuttle cock seperti diblok atau dipotong daripada ditepuk, dan dengan bola dengan pesat kehilangan kecepatan dan jatuh lurus ke bawah setelah melewati net. Dengan demikian, untuk menghasilkan pukulan overhead dropshoot dengan baik, maka gerakan yang dilakukan oleh seorang pemain harus berdasarkan prinsip-prinsip mekanika yang berhubungan dengan gerakan tubuh dan benda lain, yang nantinya bermanfaat untuk menganalisis dan mengoreksi pola gerak pemain.

Berikut ini cara melakukan pukulan overhead dropshoot, menurut Grice yang diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007:73) menjelaskan bahwa: “ada tiga fase gerakan yang sangat menentukan keberhasilan teknik pukulan ini, yaitu a) fase persiapan, b) fase pelaksanaan , dan c) fase follow through”. Untuk lebih jelasnya mengenai cara melakukan pukulan overhead dropshoot penulis akan menguraikan sebagai berikut:

a) Fase persiapan

(1) Grip handshake atau pistol

(2) Kembali ke posisi menunggu atau menerima

(3) Angkat tangan ke atas dengan kepala raket yang mengarah ke atas.

(4) Berat badan seimbang pada telapak kaki bagian depan.

b) Fase pelaksanaan

(1) Raih shuttle cock dengan kaki yang dominan.

(2) Putar dan balikan tubuh kea rah bola yang akan datang.

(3) Backswing menempatkan pergelangan tangan dengan posisi ditekukkan.

(4) Forward swing untuk memukul shuttle cock

(5) Raket menjangkau ke atas untuk memukul shuttle cock, yang merupakan blok, bukan pukulan.

(6) Kepala raket bergerak searah dengan shuttle cock

c) Fase follow through

(1) Lanjutkan gerakan lurus dengan gerakan shuttle cock.

(2) Gerakan mengayun mengikuti sudut gerakan shuttle cock.

(3) Dengan menggunakan kaki, dorong tubuh anda ke bagian tengah lapangan.

(4) Kembali ke bagian tengah lapangan.

Untuk lebih jelasnya mengenai cara melakukan pukulan overhead dropshoot dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.

Teknik pukulan overhead dropshoot

3) Analisis Teknik Forehand Dropshoot

Analisis mekanika cabang olahraga merupakan suatu tinjauan secara mekanik terhadp keterampilan gerak cabang olahraga tertentu. Berkenaan dengan penelitian ini akan dikaji secara mekanika tentang gerak teknik overhead forehand dropshoot dalam permainan bulutangkis. Cara teknik, gerak teknik overhead forehand dropshoot terbagi tiga fase yaitu: a) posisi badan pada saat akan memukul, b) ayunan raket, c) saat impact atau perkenaan dengahn shuttle cock forehand dropshoot tersebuts harus dilakukan secara berkesinambungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Berikut ini, penulis menjelaskan dari rangkaian gerakan teknik overhead forehand dropshoot sebagai berikut:

a) Posisi badan saat akan memukul

Posisi badan yang baik pada saat akan melakukan pukulan overhead forehand dropshoot yang baik adalah pemain harus menyesuaikan grip handshake dan memindahkan posisi dibelakang dan sejajar dengan shuttle cock. Saat pemain mengambil posisi badan pada saat akan memukul, putar pinggang dan balikkan bahu menyamping kea rah net, lemparkan raket ke atas untuk memukul shuttle cock. Lakukan pukulan drop overhead setinggi mungkin dan jauh di depan tubuh dan arahkan shuttle cock ke bawah. Dalam posisi seperti ini akan terasa bahwa lengan bawah berada kira-kira sejajar dengan lantai dan punggung tangan sejajar dengan mata.

Dalam posisi badan pada saat akan memukul mengidentifikasikan bahwa dalam sikap permualaan atau posisi siap, badan harus labil, karena pada saat akan bergerak ke depan, titik berat badan dipindahkan ke depan dan jatuh diluar bidang tumpuan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pergerakan untuk melakukan overhead forehand dropshoot. Hidayat (1999:27) menjelaskan bahwa: “kalau hendak bergerak dengan seketika atau cepat ke suatu arah, badan harus dalam posisi labil”. Maksud penjelasan tersebut adalah jika pemain bulutangkis hendak memukul shuttle cock maka harus bergreak menyambut shuttle cock dengan melangkahkan kaki. Perpindahan kaki dari satu tempat ke tempat lain menyebabkan berpindahnya titik berat badan. Jika perpindahan tempat tersebut dilakukan dengan cepat maka sebaiknya badan dalam keadaan labil untuk mempermudah pergerakan tetapi hanya untuk beberapa saat karena pada asaat akan memukul shuttle cock badan harus dalam keadaan seimbang.

b) Ayunan raket

Rangkaian gerakan untuk melakukan pukulan overhead forehand dropshoot pada permulaannya menyerupai pukulan lob atau smas. Oleh karena itu untuk menghasilkan pukulan overhead forehand dropshoot yang baik, maka seorang pemain harus dapat merahasiakan gerakan yang akan dilakukannya. Hal ini bertujuan agar lawan tertipu dan memaksa pemain tetap berada dalam posisinya sampai terjadi kontak antara raket dengan shuttle cock, sehingga lawan akan mengalami kesulitan dalam memperkirakan pukulan apa yang akan diterimanya, apakah pukulan lob, smash atau dropshot.

Jika diperhatikan saat melakukan pukulan overhead forehand dropshot dari mulai awal sampai terjadinya gerakan memukul, maka akan tampak adanya perubahan sikap tubuh, antara lain: menekuk sikut, meluruskan lengan dan menekuk pergelangan tangan. Ayunkan raket ke atas dengan diawali oleh kepala raket diikuti gerakan searah dengan gerakan shuttle cock dan diakhiri dengan kepala raket yang mengarah ke bawah dan miringkan permukaan raket pada sudut yang akan dihampiri shuttle cock.

Ayunan raket ke belakang akan menyebabkan adanya jarak ayunan (s) yang luas. Ayunan raket ke belakang (backswing), dalam teknik overhead forehand dropshot akan mengakibatkan bertambahnya kecepatan gerak raket, karena kecepatan angular dan jari-jarinya besar. Dalam hal ini , V = velocity, = kecepatan angular, dan r = jari-jari. Untuk menghasilkan ketepatan pukulan terhadp shuttle cock maupun sasaran, maka harus didukung oleh teknik yang sempurna melalui koordinasi gerak yang baik. Tanpa dukungan koordinasi gerak yang baik maka kecepatan gerak bet tersebut akan menggangu control terhadap shuttle cock sehingga menyebabakan ketidak akuratan pukulan terhadap sasaran. (Hidayat, 199:116)

c) Saat impact atau perkenaan raket dengan shuttle cock

Arah terbangany shuttle cock ditentukan oleh hubungan antara raket dengan shuttle cock. Untuk menghasilkan pukulan yang tepat pada sasaran, caranya adalah dengan mengubah titik sasaran yang dikehendaki di bidang permainan lawan. Berkaitan dengan ini Johnson yang diterjemahkan oleh redaktur CV. Mutiara (1990:40) mengemukakan bahwa: “suatu kekuatan paling efektif hasilnya bila digunakan kearah gerakan yang diinginkan”.

Saat impact atau perkenaan raket dengan shuttle cock, arahkan pukulan overhead forehand dropshoot, shuttle cock tidak perlu dipukul terlalu keras. Akan tetapi, gerakannya tiba-tiba ditahan sampai seolah-olah berhenti. Lalu dengan cepat mendorong atau menyentuh shuttle cock, agar shuttle cock jatuh sedekat-dekatnya dengan net di daerah permainan lawan. Dengan kata lain, gerakan tersebut seperti memotong yang hamper sama dengan servis slice pada permainan tenis lapangan dan dimaksudkan untuk menipu lawan. Untuk menghasilkan pukulan overhead forehand dropshoot yang dapat menipu lawan, hal ini disebabkan adanya momentum dari gerak ayunan raket (impuls), massa raket, massa shuttle cock, dan kecepatan gerak pergelangan tangan. Hidayat (1999:55) menjelaskan bahwa: “momentu, ialah besarnya gaya dorong dari suatu benda. Dikatakan juga momentum adalah kekuatan gerak”.

Pada dasarnya gerakan pada saat memukul shuttle cock termasuk gerakan rotasi. Mengenai gerak rotasi, Hidayat (1999:166) menjelaskan bahawa:

Pada suatu gerak rotasi, kecepatan sudut dari titik metri yang mengikuti gerak tersbeut sebanding terbalik dengan jari-jarinya. Arti keterangan di atas maka jari-jari (r) makin besar, kecepatan rotasi atau kecepatan sudut (v) makin kecil, dan kalau jari-jari (r) makin kecil, maka rotasi atau kecepatan sudut (v) makin besar juga.

Dengan demikian, dalam melakukan teknik overhead forehand dropshoot merupakaan gerakan rotasi. Dalam hal ini, kecepatan rotasi berbanding lurus dengan kecepatan linier. Menurut Hidayat (1999:116) menjelaskan bahwa: “pada suatu gerak rotasi, titik metri yang mengikuti gerak tersbeut, kecepatan liniernya berbanding lurus dengan jari-jarinya. Kalau r makin besar, v makin besar pula dan kalau r makin kecil, v makin kecil pula”. Maka, ketika impact atau perkenaan raket dengan shuttle cock, raket dalam keadaan lurus, jadi untuk menghasilkan pukulan yang tepat maka harus diperhatikan saat perkenaan raket dengan shuttle cock (impact) karena hal inilah yang menentukan kecepatan dan kearah mana shuttle cock akan dipukul.

d) Gerak lanjutan

Untuk menghasilkan pukulan overhead forehand dropshoot yang tepat pada sasaran, sehingga lawan terpedaya lagi maka pada waktu mengakhiri gerakan memukul seorang pemain harus melakukan gerakan lanjutan. Caranya adalah dengan melanjutkan gerakan mengayun ke bawah searah dengan gerakan shuttle cock dan lakukan ayunan mengarah ke net. Pada tahap gerak lanjut (follow through) merupakan salah satu fase yang perlu diperhatikan, karena semua gerak lanjut adalah akibat dari adanya momentum. Gerak lanjut penting untuk melanjutkan momentum gerak. Hidayat (1990:59) menyatakan bahwa:

Dalam bidang olahraga follow through penting untuk mengkombinasikan pola gerakan yang berurutan. Pada semua gerakan melempar, memukul, menendang, dan menolak, akurai atau ketepatan akan lebih terkontrol bila dilakukan dengan memanfaatkan follow trough.

Dari penjelasan tersebut, amak kedudukan follow trough sangat penting terhadap ketepatan pukulan. Kekuatan dan momentum yang lebih besar tidak menjamin ketepatan pukulan, sehingga untuk mendapatkan ketepatan pukulan teknik overhead forehand dropshoot yang baik diperlukan koordinasi gerak yang baik terutama pada saat melakukan follow through.

Berdasarkan penjelasan mengenai teknik overhead forehand dropshoot mulai dari fase sikap permulaan hingga gerak lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa teknik-teknik overhead forehand dropshoot lebih mudah dilakukan, membutuhkan kekuatan yang tidak begitu besar untuk menghasilkan pukulan yang keras dan akurasi pukulan bergantung pad koordinasi gerak dari posisi siap hingga gerak lanjut. Sehingga, dalam melakukan dropshoot harus konsentrasi, menguasai diri untuk dapat melewatkan shuttle cock di atas net ke daerah permainan lawan dan focus dalam melakukan pukulan sat impact atau perkenaan raket dengan shuttle cock, setelah terjadi perkenaan raket dengan shuttle cock, maka harus ada gerakan lanjutan untuk menghasilkan pukulan yang tepat kearah sasaran.

H. Tinjauan teoritis, anggapan dasar, dan hipotesis

1. Tinjauan teoritis

a. Hakekat permainan bulutangkis

1) Teknik dasar permainan bulutangkis

2) Teknik forehand dropshoot

3) Analisis teknik forehand dropshoot

b. Komponen kondisi fisik

Komponen fisik merupakan aktifitas gerak jasmani yang dilakukan secara sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesegaran jasmani. Melalui latihan fisik yang dilakukan secara sistematik dan progresif akan mengembangkan kemampuan aktifitas gerak dan dapat meningkatkan derajat kesegaran jasmani maksimal. Apabila seseorang mempunyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik tana mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atelt tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat mengganggu penampilannya, oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan dalam olahraga. Mengenai hal ini Setiawan (1991:110) menjelaskan bahwa: “Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat”.

Kualitas kondisi fisik menggambarkan kemampuan kerja dari komponen-komponen fisik yang lazim disebut dengan kebugaran jasmani. Giriwijoyo (1992:15) menjelaskan bahwa: “Kebugaran jasmani ialah kecocokan keadaan fisik terhadap tugas yang harus dilaksanakan oleh fisik itu, atau dengan perkataan lain untuk dapat melaksanakan tugas fisik tetentu dengan hasil baik diperlukan syarat-syarat fisik tetentu sesuai dengan tugas fisik itu”. Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki kebugaran jasmani tertentu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk pekerjaannya atau untuk melakukan latihan.

Mengacu pada beberapa pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor kondisi fisik merupakan bagian yang paling mendasar dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet. Oleh karena itu dalam proses pelatihan suatu cabang olahraga perlu adanya penekanan pada aspek fisik tanpa mengesampingkan kondisi-kondisi lainnta seperti teknik, taktik dan mental para atlet. Sajoto (1990:16) menjelaskan bahwa: “Kondisi fisik adalah salah satu bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi”.

Dalam setiap cabang olahraga ada beberapa komponen kondisi fisik yang menunjang terhadap prestasi. Setiawan (1991:122) mengemukakan bahwa: :Unsur-unsur kondisi fisik adalah: daya tahan jantung – pernafasan – peredaran darah, kelentukan persendian, kekuatan, daya tahan otot, kecepatan, agilitas dan power”. Selanjutnya Harsono (1988:155) menjelaskan tentang komponen-komponen kondisi fisik sebagai berikut: “daya tahan, stamina, kelentukan, kekuatan, powerm daya tahan otot, kecepatan, dan koordinasi”.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut terlihhat adanya kesamaan mengenai komponen kondisi fisik namun pada dasarnya komponen kondisi fisik lainnya merupakan pengemabngan dari kondisi fisik dasar, maka dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen kondisi fisik itu terdiri dari kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan, dan gabungan dari beberapa komponen kondisi fisik dasar adalah unsure-unsur yang dibutuhkan dalam cabang olahraga, termasuk cabang olahraga bulutangkis. Dalam penelitian ini akan dibahas mengena komponen fisik fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu.

1) Komponen kondisi fisik dalam permainan bulutangkis

Untuk mencapai prestasi tinggi diperlukan kualitas fisik yang baik, karena tanpa kondisi fisik yang baik atlet tidak dapat mengikuti latihan dan pertandingan dengan baik, dengan tidak mengabaikan latihan aspek teknik, taktik dan mental. Melalui latihan fisik yang dilakukan secara sistematik dan progresif akan mengembangkan kemampuan aktifitas gerak dan dapat meningkatkan derajat kesegaran jasmani maksimal. Mengenai pentingnya kondisi fisik bagi para atlet sebelum terjun ke arena perlombaan, Harsono (1988:153) menjelaskan bahwa:

Sebelum diterjunkan ke dalam gelanggang pertandingan seorang atlet harus berada dalam kondisi fisik dan tingkat fitness yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam stress yang bakal dihadapinya dalam bertanding. Tanpa persiapan kondisi fisik yang seksama dan serius atlet harus dilarang untuk mengikuti suatu pertandingan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka aspek komponen kondisi fisik merupakan aspek yang paling mendasar dalam pengembangan kemampuan berolahraga atau mengikuti suatu pertandingan, oleh karena dari aspek kondisi fisik akan memberikan peranan yang sangat penting dalam pencapaian prestasi. Tuntutan komponen kondisi fisik dari setiap cabang olahraga berbeda-beda, oleh karena itu harus memperhatikan karakteristik kebutuhan fisik dari cabang olahraga itu sendiri. Dalam permainan bulutangkis kondisi fisik sangat diperlukan, oleh karena itu komponen-komponen kondisi fisik yang diteliti harus sesuai dengan tuntunan permainan bulutangkis.

Dalam permainan bulutangkis terdapat faktor fisik yang mempengaruhi, antara lain: kekuatan, power, daya tahan otot, kelentukan, dan koordinasi. Suyudi (1992:3) menjelaskan bahwa: “Komponen fisik yang perlu dikembangkan dalam olahraga bulutangkis antara lain: kekuatan otot, daya tangan otot, power, kapasitas aerobic, daya tahan jantung paru-paru, kelenturan, komposisi tubuh, dan koordinasi”. Sedangkan Harsono (1988:204) berpendapat bahwa: “Komponen fisik yang diperlukan dalam cabang olahraga bulutangkis antara lain: kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas, kelincahan dan power”. Mengenai kondisi fisik yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah fleksibilitas, khususnya teknik pukulan overhead dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis sangat diperlukan komponen kondisi fisik dari fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu.

2) Fleksibilitas

a) Pengertian fleksibilitas

Fleksibilitas adalah komponen kondisi fisik yang penting untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, lebih-lebih bagi atlet setiap cabang olahraga. Oleh karena itu, hampir dalam setiap cabang olahraga fleksibilitas merupakan komponen yang sangat diperlukan disamping komponen-komponen fisik lainnya. Seorang atlet yang lentuk atau fleksibel akan lebih mudah dan lincah dalam melakukan suatu gerakan. Fleksibilitas dipengaruhi oleh unsure elastisitas otot-otot tendon dan ligament. Matjen (1007:20) mengatakan bahwa:

Fleksibilitas adalah tingkat ruang gerak persendian. Fleksibilitas erat sekali hubungannya dengan elastisitas satuan otot, tendon, dan ligament sekitar suatu persendian. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah struktur persendian, usia, jenis kelamin, dan aktivitas yang dilaksanakan sehari-hari.

Setiawan (1992:114) menjelaskan bahwa: “Kelentukan (fleksibility) adalah kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendiannya”. Sedangkan Sajoto (1990:17) menjelaskan bahwa: “Daya lentur (fleksibiliti) adalah efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas”. Lebih lanjut Nurhasan (1999:146) menjelaskan bahwa:

Kelentukan atau fleksibilitas merupakan kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubbuh dalam satu ruang gerak yang luas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cedera pada persendian dan otot di sekitar persendian itu.

Berkaitan dengan masalah ini, Harsono (1988:163) menjelaskan bahwa:

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan dalam kelentukan akan dapat:

a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi.

b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi dan kelincahan (agility)

c. Membantu memperkembang prestasi

d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan-gerakan, dan

e. Memperbaiki sikap tubuh.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat digambarkan bahwa seorang atlet yang mempunyai fleksibilitas yang baik akan lebih mudah dalam melakukan suatu gerakan secara benar, pengeluaran tenaganya pun akan lebih efektif dan gerakannya lebih lincah, hal ini dapat membantu atlet untuk mengembangkan prestasinya secara maksimal.

b) Pergelangan tangan

Pergelangan tangan merupakan salah satu sendi pada lengan, tepatnya adalah sendi pergelangan tangan (art radiocorpal/wrist joint/intercorpal joint). Adapun gerakan yang dapat dilakukan pada sendi pergelangan tangan, Damiri (1994:86) menjelaskan sebagai berikut:

1. Gerakan membengkokan tangan kea rah telapak tangan (flexion/volar flexion)

2. Gerakan membengkokan tangan kearah punggung tangan (extention/dorsal flexion)

3. Gerakan membengkokan tangan kearah ibu jari (abduction/radial flexion)

4. Gerakan membengkokan tangan kearah jari kelingking (adduction/ulnar flexion)

5. Gerakan memutar tangan atau sirkumduksi tangan (circumduction)

Pada tangan terdapat sendi yang menghubungkan bagian-bagian tulang menjadi satu kesatuan. Tulang-tulang yang membentuk pergelangan tangan dijelaskan Evelyn C. Pearce yang diterjemahkan oleh Sri Yuliani Handoyo (2006:73) sebagai berikut:

Tulang tangan disusun dalam beberapa kelompok. Karpus (tulang pangkal tangan) atau tulang yang masuk formasi pergelangan tangan adalah tulang pendek. Metekarpal membentuk kerangka tapat tangan dan berbentuk tulang piopa. Falanx adalah tulang jari dan berbentuk tulang pipa.

Sedangkan sendi pada pergelangan tangan termasuk sendi condyloid. Sendi-sendi ini diperkuat oleh tali-tali pengikat. Damiri (1994:86) menjelaskan bahwa:

1. Capsular ligament/articular capsule. Tali pengikat/pembungkus dan memperkuat seluruh permukaan sendi.

2. Volar radiocorpal ligament. Tali pengikat ini memperlkuat sendi pada bagian depat.

3. Dorsal radiocarpal ligament. Tali pengikat ini memperkuat sendi pada bagian belakang/punggung.

4. Ulnar collateral ligament. Tali pengikat ini memperkuat sendi pada bagian tengah.

5. Ulnar collateral ligament. Tali pengikat ini memperkuat sendi pada bagian sisi tengah.

Otot-otot pada tangan pada umumnya, berukuran pendek. Damiri (1994:163) menjelaskan bahwa: “Otot-otot pad tangan disebut otot-otot intrinsic (intrinsic muscle). Otot-otot inilah yang memungkinkan gerakan-gerakan yang luas, halus, serasi, dari jari-jari tangan”. Berkaitan dengan otot-otot pada pergelangan tangan Wibowo (2008:159) menjelaskan bahwa:

Otot-otot yang berada di sekitar pergelangan tangan terdiri dari:

a. Telapak tangan : VT = vagina tendenium; ML = m. lumbricales; AP = m. abductor polices; NMD = n. medianus; FPB = m. flextor polices brevis; APB = m. abductor polices brevis; OP = m. opponent polices; Abd = m. abductor digit minimi; FDM = m, flexor digiti minimii; OD = m. opponens digiti minimi; NU = n ulnaris; VFP = m. flexor polices longus (dengan vagina tendineum-nya).

b. Punggung tangan: EIP = m. extensor indices proprius; ED = m. extensor digiorium communis; ED5 = m. extensor digiti minimi; LCD = lig. Carpi dorsal; ECU = m. extensor carpi ulnaris; APL = m. extensor ppollices longus; ERB dan ERB = m. extensor carpi radialis longus dan m . extensor carpi radialis longus (bersama); EPB = m. extensor polices brevis.

Untuk lebih jelasnya mengenai otot-otot pergelangan lengan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(A) Otot-otot pergelangan lengan. (B) gerakan pergelangan tangan

Gambar 2.

A. Gambar pergelangan lengan

B. Gerakan pergelangan tangan

Pada saat pemain melakukan suatu jenis pukulan forehand dropshoot gerak pergelangan tangan akan menentukan terhadap hasil pukulan dropshoot. Adapun arah gerakan tangan yang paling sering dilakukan pada waktu melakukan pukulan overhead forehand dropshoot adalah kearah jari kelingking (ulnar flexion) dan kearah punggung tangan (extention atau dorsal flexion). Dengan demikian gerakan pergelangan tangan merupakan bagian yang menentukan terhadap suatu jenis pukulan, baik arah maupun daya pukulan. Gerakan pergelangan tangan akan sangat efektif apabila pemain yang melakukannya dapat menyembunyikan gerakannya, sehingga lawan tidak dapat memperkirakan jenis pukuln yang akan diterimnya, apakah lob, smash, ataupun dropshoot.

c) Sendi bahu

Sendi bahu (shoulder joint) merupakan sendi yang dapat bergerak ke segala arah, oleh karena itu sendi bahu disebut juga sendi peluru. Sendi bahu merupakan sendi yang paling luas gerakannya dibandingkan dengan sendi-sendi yang lainnya. Hal ini sesuai dengan fungsi dan peranannya sebagai alat gerak tubuh bagian atas. Keluasan gerak sendi bahu dipengaruhi oleh kedudukan dan sikap persendian pada gelang bahu. Adapun gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada sendi ini. Menurut Damiri (1994:58-59) gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada sendi bahu adalah sebagai berikut:

1. Mengayun lengan kedepan (swing forward/anteflexion/flexion)

2. Mengayun lengan ke belakang (swing backward/extention)

3. Mengangkat lengan kesamping menjahui bahu (abduction)

4. Menarik lengan dari samping mendekati badan (adduction)

5. Memutar lengan kea rah dalam (inward rotation) dan

6. Memutar lengan kearah luar (outward rotation)

7. Sirkumduksi lengan (circumduction)

8. Menarik lengan dari posisi abduksi kearah depan (horizontal adduction)

9. Menarik lengan dari posisi antefleksi ke posisi abduksi lengan (horizontal abduction).

Tulang-tulang yang membenutuk pergelangan tangan dijelaskan oleh Evelyn CC. Pearce yang di terjemahkan oleh Sri Yuliani Handoyo (2006:66-67) sebagai berikut:

Kerangka anggota atas dikaitkan pada kerangka badan dengan perantara gelang bahu yang terdiri atas klavikula dan scapula. Klavikula atau tulang selangka hadala tulang yang melengkung yang membentuk bagian anterior dari gelang bahu. Sedangkan scapula atau tulang belikat membentuk bagian dari gelang bahu dan terletak di cebela belakang torax lebih dekat permukaan dari pada iga.

Sendi ini diperkuat oleh tali pengikat. Menurut Damiri (1994:77) menjelaskan bahawa:

1. Capsular ligament. Tali pengikat ini memperkuat seluruh permukaan sendi.

2. Gelnohumeral ligament. Tali pengikat ini memperkuat sendi pada bagian atas, tali pengikat ini menghubungkan procesus coracuideus dengan bagian atas trochantor minor tulang lengan atas (os humerus).

3. Transverse humeral ligament. Tali pengikat ini memperkuat sendi bagian depan.

4. Glenoid ligament/glenoid lip. Tali pengikat ini memperkuat sendi pada pinggiran lekukan glenoid (glenoid fossa).

Berkaitan dengan otot-otot yang berada pada bahu Wibowo (2008:154) menjelaskan bahwa: “Otot-otot yang berada disekitar bahu terdiri dari: SA = m. serratus anterior; PMI = m. pectoralis minor; PC = proc. Coracoideus; SC = m. subclavius; CL = clavicula”.

Untuk lebih jelasnya mengenai otot-otot bahu dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.3

Otot-otot bahu

Gerakan pada saat melakukan overhead forehand dropshoot merupakan gerakan rotasi yang berpangkal pada bahu. Sesuai dengan gerakan yang dapat dilakukan pada sendi bahu yaitu mengayun lengan ke belakang (swing backward atau extention), maka untuk melakukan gerakan overhead forehand dropshoot tersebut dibutuhkan ruang gerak sendi bahu yang luas, serta elastisitas otot-otot disekitarnya, sehingga dengan fleksibilitas bahu yang baik akan memudahkan seorang pemain bulutangkis menempatkan shuttle cock-nya. Maka fleksibilitas bahu merupakan salah satu faktor yang penting dalam melakukan teknik dasar overhead forehand dropshoot.

d) Cara melatih fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu

Salah satu aspek teknik yang diperlukan dalam permainan bulutangkis adalah teknik overhead forehand dropshoot, maka bentuk-bentuk latihan yang digunakan harus mendukung terhadap kemampuan teknim overhead forehand dropshoot. Akan tetapi, dalam pelaksanaan latihan harus dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan progresif, serta tujuannya mengarah pada peningkatan kemampuan secara maksimal. Berkaitan dengan penelitian ini, maka perlu melatih faktor kondisi fisik dari fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu. Metode latihan untuk meningkatkan fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu dapat menggunakan metode latihan peregangan dinamis, peregangan statis, peregangan pasif, dan peregangan PNF (propriocceptive neuromuscular fasilitation), latihan tersebut diharapkan dapat mendukung terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis secara optimal.

2. Anggapan dasar penelitian

Penelitian ilmiah membutuhkan suatu anggapan dasar, karena dengan anggapan dasar peneliti memiliki landasan dalam menetapkan dan melaksanakan kegiatannya. Surakhmad (1998:107) menjelaskan bahwa: “anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Adapun anggapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kontribusi fleksibilitas pergelangan tangan terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

Dalam permainan bulutangkis peranan pergelangan tangan sangat penting dalam melakukan pukulan forehand dropshoot, oleh karena gerakan pergelangan tangan akan berfungsi maksimal dalam mengecoh dan memukul shuttle cock dekat dengan net, dalam hal ini apabila pemain dapat menyembuyikan atau menyamarkan gerakannya. Hal ini disebabkan karena lawan akan sulit memperkirakan jenis pukulan aoa yang akan diterimanya, apakah pukulan lob, smash, atau dropshoot. Mengenai pentingnya fleksibilitas saat melakukan pukulan pada cabang olahraga bulutangkis, Tohar (1992:64) menjelaskan bahwa:

Gerakan pergelangan tangan yang bebas adalah sangat penting bagi segala pukulan dalam bulutangkis, jadi disini sangat diperlukan adanya seorang pemain yang mempunyai pergelangan tangan yang bebas, lentuk dan kuat.

Dari penjelasan tersebut maka untuk dapat melakukan pukulan overhead forehand dropshoot pergelangan tangan harus bekerja secar baik, oleh karena seorang pemain bulutangkis dituntut untuk dapat melakukan pukulan secara efisien, sehingga shuttle cock yang dipukul dapat maraih angka atau point.

b. Kontribusi fleksibilitas sendi bahu terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

Dalam permainan bulutangkis peranan pergelangan tangan sangat penting dalam melakukan suatu jenis pukulan, salah satunya berperan terhadap ketepatan melakukan overhead forehand dropshoot, dikarenakan dengan fleksibilitas bahu tersebut shuttle cock dapat diarahkan dengan baik. Mengenai hal ini. Grice yang diterjemahkan oleh Eri Desmarini Nasution (2007:71) menjelaskan bahwa:

Penting bagi anda untuk memulai gerakan melempar dengan bahu yang dibalikkan menyamping kearah net. Hal ini penting untuk menipu lawan, selain itu jangan memendekkan lengan atau menekukan siku saat melakukan pukulan. Gerakan ini akan mengisyaratkan lawan bahwa anda akan melepaskan pukulan drop.

Dalam hal ini fleksibilitas bahu dapat memberikan dukungan pada saat melakukan overhead forehand dropshoot. Maka dengan memiliki fleksibilitas ahu yang baik maka pemain bulutangkis akan dapat mengayunkan lengannya dengan baik, karena memiliki keluasan pada sendi bahunya sehingga dengan fleksibilitas bahu yang baik akan memudahkan seorang pemain bulutangkis menempatkan shuttle cock khususnya saat melakukan overhead forehand dropshoot dalam permainan bulutangkis.

c. Kontribusi fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu secara bersama-sama terhadap keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

Untuk dapat bermain bulutangkis dengan baik, setiap pemain dituntut untuk menguasai teknik dasar, sehingga kemenangan permainan pun akan mudah untuk diraih sebagai hasil akhir dari suatu pertandingan. Salah satu teknik dasar permainan bulutangkis yang perlu dikuasai oleh pemain adalah tekni forehand dropshoot, karena salah satu tujuan permainan bulutangkis adalah memasukkan shuttle cock ke daerah permainan lawan. Berkaitan dengan hal ini, Johnson yang diterjemahkan oleh redaktur CV. Mutiara (1990:55) menjelaskan bahwa: “setiap overhead stroke merupakan serangan yang baik sekali, sebab shuttle cock dapat diarahkan ke bawah di arena lawan”.

Pukulan dorpshoot merupakan pukulan yang lambar atau pelan, yang jatuh tepat dimuka jarring atau net di lapangan lawan, dan sebalijnya di depan garis servis pendek. Mengenai manfaat teknim pukulan dropshoot, Johnson (1984:90) mengemukakannya sebagi berikut:

Overhead dropshoot terutama sekali bermanfaat untuk memaksa lawan mengambil cock pada saat-saat terakhir, sehingga nyaris terlambat, sebab gerakan-gerakan overhead dropshoot pada mulanya menyerupai smash maupun clear.

Jadi jelas bahwa penguasaan teknik dasar pukulan forehand dropshoot adalah salah satu teknik yang harus dikuasai oleh setiap pemain bulutangkis agar dapat bermain secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal. Namun, kemampuan teknik tersebut harus didukung oleh kemampuan fisik, karena kondisi fisik merupakan faktor utama dalam pencapaian prestasi olahraga, selain itu juga faktor kondisi fisik seseorang akan sangat mempengaruhi bahkan sangat menentukan penampilan geraknya, karena dengan kondisi fisik yang baik akan berpengaruh terhadap fungsi dan system organism tubuh. Dengan demikian, maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya. Adapun komponen fisik yang mendukung terhadap kemampuan forehand dropshoot adalah fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu.

Berdasarkan penjelasan di atas, pukulan overhead forehand dropshoot yang baik, apabila shuttle cock yang jatuh sedekat-dekatnya dengan net dibagian muka daerah lawan dengan melewati net bagian atas, karena dengan penempatan shuttle cock yang tepat pada sasaran akan menyulitkan lawan untuk mengantisipasi atau mengembalikannya, sehingga pemain yang melakukan forehand dropshoot akan mendapatkan keuntungan melakukan serangan kembali bahkan dapat menghasilkan angka/point. Oleh karena itu, untuk dapat menghasilkan pukulan overhead forehand dropshoot yang tepat pada sasaran maka harus diperhatikan beberapa faktor yang mendukungnya, diantaranya adalah peranan dari fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu.

Pada saat melakukan suatu jenis pukulan, seluruh anggota badan saling menunjang, tetapi ada beberapa faktor dari anggota badan tersebut yang sangat mendukung dan memegang peranan penting. Dalam hal ini fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu pada saat melakukan pukulan overhead forehand dropshoot dapat berfungsi untuk mengecoh atau menipu lawan apabila seorang pemain dapat menyamarkan gerakan, sehingga lawan akan sulit memperkirakan jenis pukulan apa yang akan diterimanya, apakah pukulan lob, smash, atau dropshoot. Sedangkan fleksibilitas sendi bahu berfungsi sebagai pangkal dalam melakukan pukulan overhead forehand dropshoot, karena fleksibilitas sendi bahu berperan untuk membantu dalam ayunan lengan, dapat mengontrol ketika melakukan ayunan lengan dan nantinya dapat mempercepat gerakan lengan dalam melakukan pukulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu sangatlah diperlukan dalam melakukan teknik forehand dropshoot dalam permainan bulutangkis.

3. Hipotesis penelitian

Berdsarkann latar belakang dan anggapan dasar yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat kontribusi yang positif fleksibilitas pergelangan tangan terhadap keterampilan forehand dropshoot dalam permainan bulutangkis.

b. Terdapat kontribusi yang positif dari fleksibilitas sendi bahu terhadap keterampilan forehand dropshoot dalam permainan bulutangkis.

c. Terdapat kontribusi yang positif dari fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu terhadap keterampilan forehand dropshoot dalam permainan bulutangkis.

I. Prosedur Penelitian

1. Metodelogi Penelitian

Dalam penelitian ini diperlukan suatu metode, penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Tujuan metode deskriptif adalah untuk memecahkan masalah yang ada pada saat sekarang. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Surakhmad (1998:139) bahwa: “Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang”. Sedangkan Ibrahim dan Sudjana (2004:64) menjelaskan sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan.

Berdasarkan kutipan di atas, maka metode deskriptif digunakan atas dasar pertimbangan bahwa, sifat penelitian ini merupakan suatu proses penelitian yang mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpullkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian. Metode ini sesuai dnegan tujuan penelitian yakni mengungkapkan tentang kontribusi fleksibilitas pergelangan tangan dan sendi bahu terhadap keterampikan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau obyek yang merupakan sifat-sifat umum. Arikunto (2002:102) menjelaskan bahwa “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah meneliti sebagian dari populasi”. Sedangkan Sudjana (1989:6) menjelaskan bahwa:

Totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitaif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari smua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Atas dasar pendapat para ahli di atas dapat digambarkan bahwa yang dimaksud populasi adalah totalitas sumber data secar keseluruhan subjek penelitian, oleh karena itu perlu ditetapkan secara akurat, sebab data yang terkumpu akan diolah dan dianalisa kemudian kesimpulannya digunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah PB Nasional 94 Cirebon sebanyak 60 orang,

Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi menurut Arikunto (2002:104) mengatakan bahwa: “sampel adalah sebagaian atau mewakili sebagaian populasi yang diteliti”. Lebih lanjut Ibrahim dan Sudjana (2004:85) menjelaskan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama dengan populasi”.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Mengenai hal ini, Arikunto (2002:117) menjelaskan bahwa “Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu”. Lebih lanjut Lutan, Berliana, dan yadi (2007:99) menjelaskan bahwa: “penggunaan purposive sampling dilakukan dalam mempertimbangkan untuk menentukan sampel yang dipercaya atas informasi terdahulu, dan akan memberikan data yang diperlukan”. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang atlet PB Garuda tangkas di Indramayu. Alasan pengambilan teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah sampel tersebut menguasai teknik dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis.

3. Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian perlu adanya suatu desain penelitian yang sesuai dengan variable-variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian untuk diuji jkebenarannya. Desain penelitian merupakans rancangan tentang cara menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai hal ini, Nasution (2004:40) mengatakan bahwa: “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganlisa data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian”. Adapun langkah-langkah yang disusun adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian

b. Pengambilan dan pengumpulan data melalui tes dan pengukuran

c. Analisis data

d. Menetapkan kesimpuan

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

X1 : fleksibilitas pergelangan tangan

X2 : fleksibilitas sendi bahu

X3 : fleksibilitas sendi bahu dan pergelangan tangan

Y : keterampilan dropshoot (forehand) dalam permainan bulutangkis

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:

Bagan 4

Langkah-langkah Penelitian

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat melakukan penelitian ini di GOR bulutangkis Tridaya Indramayu. Sedangkan waktu penelitiannya tanggal 19 – 20 Juni 2010. Adapun jadwal pelaksanaan tes dan pengukuran yang direncanakan pada variable-variabel penelitian yang akan diselidiki sebagai berikut:

Table 1

Jadwal tes dan pengukuran terhadao variable-variabel penelitian

No

Variable penelitian

Hari/tanggal

Waktu

Tempat

1

Fleksibilitas pergelangan tangan

Selasa,

15-06-2010

16.00 WIB

GOR Bulutangkis Tridaya Indramayu

2

Fleksibilitas sendi bahu

3

Keterampilan Dropshoot (forehand)

Rabu,

16-06-2010

5. Instrument Penelitian

Instrument dalam penelitian ini terdiri dari tiga bentuk tes. Adapun alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Alat ukur untuk mengukur fleksibilitas pergelangan tangan adalah Gonometri dengan reliabilitas tes sebesar 0,51 dan validitas tes sebesar 0,97. (Tono Supriatna, 2002:56).

b. Alat ukur untuk mengukur fleksibilitas sendi bahu adalah dengan menggunakan alat ukur shoulder elevation test dengan reliabilitas tes 0,85 dan validitas tes adalah ace validity. (Nurhasan, 1999:147).

c. Alat ukur untuk mengukur hasil teknik dropshoot adalah menggunakan tes keterampilan dropshoot (forehand) dengan nilai reliabilitas tes sebesar 0,89 dan validitas tes sebesar 0,75. (Poole yang diterjemahkan oleh Redaktur Pionir Jaya, 2007:35)

Untuk lebih jelasnya mengenai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, secara rinci akan diuraikan mengenai pelaksanaan tes tersebut sebagai berikut:

a. Tes fleksibilits pergelangan tangan (Gonometri)

1) Tujuan : Mengukur fleksibilitas pergelangan tangan

2) Alat/fasilitas : busur, ballpoint, pinsil, penghapus, penggaris dan kertas

3) Pelaksanaan :

a) Tangan diletakkan lurus sejajar dengan titik 00 dan pergelangan tangan tepat berada pada titik pusat. Posisi tangan diletakkan sesuai dengan tujuan dan arah pengukuran.

b) Tangan dibengkokkan sejauh mungkin sesuai dengan tujuan dan arah pengukuran dan pergelangan tangan tetap berada tepat tepat pada titik pusat.

c) Mencatat angka yang ditunjukkan, yang merupakan skornya, atau luas gera sendi pergelangan tangan pada salah satu arah gerak.

4) Penskoran: skor yang diperoleh orang coba adalah angka yang ditunjukkan oleh jarus yang terdapat pada busur.

b. Tes fleksibilitas sendi bahu

1) Tujuan : untuk mengukur fleksibilitas sendi bahu

2) Alat/fasilitas : alat tulis, meteran, tongkat 50 cm, dan lantai yang rata

3) Pelaksanaan :

a) Orang coba berada dalam posisi tidur telungkup dengan kedua lengan lurus ke depan.

b) Kedua tangan orang coba memegang tongkat dnegan jarak satu kepalan tangan.

c) Gerakan yang harus dilakukan adalah mengangkat tongkat tersebut ke atas, dagu tetap menempel pada lantai.

d) Testee pada waktu gerakan mengangkat bahu, siku tetap lurus.

e) Orang coba diberi kesempatan sebanyak tiga kali.

4) Penskoran: pengukuran diambil dari jarak terjauh mulai dari lantai ke tepi tongkat x 100 dibagi panjang lengan, yaitu sendi bahu ke tongkat ketika orang coba memegang tongkat sambil lengan lurus dengan lantai. Bila orang coba memiliki fleksibilitas yang tinggi majka yang diukur adalah hanya sampai poin vertikalnya saja dari lantai. Skor yang diperoleh orang coba adalah hasil penghitungan terbaik dari tiga kali kesempatan dan hasil penghitungan terbaik sebagai data penelitian.

c. Tes keterampilan dropshoot (forehand)

1) Tujuan : untuk mengukur keterampilan dropshoot (forehand)

2) Alat/fasilitas : alat tulis, lapangan bulutangkis, raket dan shuttle cock.

3) Pelaksanaan :

a) Orang coba berdiri dengan memegang raket di antara garis ganda lapangan. (lihat tanda X pada gambar)

b) Orang coba memukul shuttle cock dengan pukulan dropshoot kearah sasaran yang telah ditentukan.

c) Orang coba diberikan kesempatan memukul shuttle cock dengan pukulan dropshoot sebanyak lima kali pukulan.

4) Penskoran :

a) Skor diambil dari jatuhnya bola ke daerah sasaran.

b) Jika bola jatuh tepat pada garis yang membatasi dua petak sasaran maka skor yang dicatat adalah skor yang paling tinggi.

c) Skor diperoleh dari hasil jumlah keseluruhan orang coba dalam lima kali kesempatan melakukan dropshoot dan jumlah hasil keseluruhan yang dijadikan sebagai data penelitian.



Keterangan:

1 = point 1

2 = poin 2

3 = poin 3

4 = poin 4

X = orang coba/sampel

d. Prosedur pengolahan dan analisis data

Setelah data dari hasil pengetesan atau pengukuran terkumpul, langkah selanjutnya adalah mngolah dan menganalisis data tersebut secara statistic (buku sumber metode statistika karangan Sudjana tahun 1989). Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur seperti yang tertera di bawah ini.

1) Menghitung skor rata-rata setiap keompok sampel, denan menggunakan pendekatan dari Sudjana (1992:62):

Keterangan:

= skor rata-rata yang dicari

= nilai data

= jumlah

= jumlah sampel

2) Menghitung simpangan baku, menurut Sudjana (1992:94):

Keterangan:

S = simpangan baku yang dicari

N = jumlah sampel

= jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3) Setelah menempuh langkah-angkah tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mencari T skor dengan rumus:

Keterangan:

T skor = skor standar yang dicari

X = skor yang diperoleh seseorang

= nilai rata-rata

= simpangan baku

Rumus-rumus di atas merupakan langkah awal yang dipergunakan untuk pengolahan data hasil tes pada tahap sebenarnya, yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan pengolahan data untuk memperoleh nilai-nilai yang menjadi bahan penelitian yang dilakukan.

4) Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan liliefors. Preosedur yang digunakan menurut Sudjana (1992:446) adalah:

a) Pengamatan X1, X2, …… Xn dijadikan bilangan baku z1, z2, …… zn dengan menggunakan rumus:

( dan s = rata-rata dan simpangan baku dari masing-masing sampel).

b) Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang (F(Z1) = P (Z Z1)

c) Selanjutnya dihitng proporsi z1, z2, …… zn jika proporsi ini dinyatakan S(Z1) maka:

d) Menghitung selisih F(Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlat selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, bandingkan Lo dengan nilai kritis L dari daftar untuk taraf nyata a yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L daru daftar table. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

5) Menghitung koefisien korelasi, perhitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan kedua variable. Rumus yang dipergunakan adalah:

Keterangan:

= korelasi yang dicari

= jumlah sampel

= jumlah X

= jumlah y

= jumlah X dikali Y

= jumlah X2

= jumlah Y2

6) Menghitung signifikansi koefisien korelasi tungal dengan menggunakan pendekatak uji t dengan rumus:

Keterangan:

T = t hitung yang dicari

R = koefisien yang dicari

N = jumlah sampel

Pengujian statistic uji t dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat koefisien korelasi atau hubungan dan masing-masing variable, apakah ada pengaruh atau tidak ada pengaruh. Dengan criteria pengujian hipotesis diteriema jika –t(1 – ½ a) <>(1 – ½ a) pada taraf nyata a = 0,05 dengan dk = n – 2 dalam hal lain jika t hitung lebih besar dari t table maka Ho ditolak.

7) Menghitung derajat hubungan tiga variable atau koefisien korelasi multiple dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

= koefisien korelasi yang dicari

= koefisien korelasi antara y dan x1

= koefisien korelasi antara y dan x2

= koefisien korelasi antara x1 dan x2

8) Menguji signifikansi koefisien korelasi multiplen atau ganda dengan menggunakan pendekatan statistic uji F dengan rumus:

Keterangan:

F = F hitung yang dicari

R = koefisien korelasi yang dicari

K = banyaknya variable bebas

N = jumlah sampel

Uji F ini dimaksudkan untuk membuktikan koefisien korelasi multiple atau ganda bersifat nyata atau tidak nyata dnegan ketentuan bila harga F hitung lebih besar dari F table pada taraf nyata a = 0,05 dengan dk = n – k – 1, maka koefisien korelasi multiple atau ganda bersifat nyata atau sebaliknya.

9) Menghitung determinasi daris hasil perhitungan korelasi dengan rumus:

D = r2 x 100%

Keterangan:

D = determinasi

R = koefisien

100% = konstanta tetap.

10 komentar:

  1. minta daftar pustakanya dunk..............

    BalasHapus
  2. sangat bermanfaat
    terima kasih ya.............

    BalasHapus
  3. ngasih ilmu kq setengah2,,,,
    rumus kagag ada....
    daftar pustaka ngilang....
    diumpetin dimna pak bro...?????????

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh...
      kalau mau datang saja
      ke kantor biar jelas.

      Hapus
  4. bermammfaat,tolong donk mas,minta gambar item tes sendi bahu,,, :)

    BalasHapus
  5. bermanfaat sekali,saya tertarik sama proposalnya.. kalo bisa saya mau lihat boleh pak?

    BalasHapus
  6. gan, kok bnyak yg ilang2 rumus ny. boleh g kirimkan yg lengkap ny. proposal ny bgus...

    BalasHapus
  7. Gambar pengukuran Tes ( Cara Mengukurnya dengan apa?)

    BalasHapus