Kamis, 21 Oktober 2010

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN PASSING BERPASANGAN DAN PASSING KE DINDING TERHADAP KETERAMPILAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MINI



PROPOSAL

PERBANDINGAN ANTARA LATIHAN PASSING BERPASANGAN DAN PASSING KE DINDING TERHADAP KETERAMPILAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MINI DI SDN GADINGAN II

KECAMATAN SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar terfokus pada pengembangan spek nilai-nilai dalam pertumbuhan, perkembangan dan sikap perilaku anak didik serta membantu siswa meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman ikap positif serta melalui pengembangan gerak dasar dan berbagai aktivitas jamani.

Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bagian dari penidikan keseruluhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi dan seimbang. Oleh karena itu pendidikan jasmani di sekolah dasar (SD) menurut Dipdikbud (1995/1996 : 2) lebih ditekankan pada:

1. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh

a) Meningkatkan pertumbuhan siswa

b) Meningkatkan kesegaran jasmani

c) Meningkatkan kesehatan

2. Meningkatkan ketangkasan dan keterampilan

3. Meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan

4. Menanamkan kehidupan yang kreatif, rekreatif, dan sosial

Ruang lingkup bahan pengajaran pendidikan jasmani di SD diberikan setiap semester mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI dan ditekankan pada usaha memacu / meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, emosional, mental dan sosial. Macam kegiatan yang diajarkan di SD meliputi:

1. Kegiatan pokok yang terdiri dari:

a) Atletik

b) Senam

c) Permainan

d) Pendidikan kesehatan

2. Kegiatan pilihan yang terdiri dari:

a) Pencak silat

b) Renang

c) Bulu tangkis

d) Tenis meja

e) Sepak bola

f) Sepak takraw

g) Bola voli

h) Permainan tradisional

Salah satu bahan pengajaran yang diajarkan di sekolah daasr yaitu permainan bola voli mini.

Baacke (1995 : 23) menjelaskan: “Bola voli mini adalah permainan yang sederhana tapi susah dipelajari. Oleh karenanya kita perlu menyesuaikan cara mengajar bagi para pemula. Bola voli mini menyajikan sejenis bola voli mini yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan kapasitas anak-anak usia 9 tahunsampai 12 tahun. Bola voli mini adalah cara terbaik untuk mempelajari keterampilan dasar. Dengan cara ini tiap pemain lebih banyak menyentuh bola dan ukuran bermain lebih kecil jadi lebih selaras bagi keterampilan.

Kualitas permainan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar tentang permainan bola voli mini. Taktik tanpa teknik tidak mungkin kecuali bila taktik itu sederhana.

Prinsip bermain bola voli ialah memukul sebanyak-banyaknya tiga kali dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola itu melewati atas jaring dan masuk ke arah lawan. Permainan ini sederhana tetapi akn sulit apabila tempo permainan berlangsung cepat dan dinamis. Salah satu faktor penunjang bisa bermain baik adalah menguasai teknik dasar. Bila kita membicarakan mengenai teknik dasar permainan bola voli mini yang merupakan rangkaian permainan secara modern, menurut pengalaman penulis ialah dengan menguasai teknik-teknik dasar diantaranya adalah Passing atas. Passing atas merupakan salah satu teknik dasar selain servis yang sangat penting dalam permainan. Untuk menguasai teknik dasar, diperlukan latihan yang teratur, sistematis dan terencana, serta memperhatikan prinsip-prinsip latihan yang benar.

Jadi untuk bisa bermain bola voli mini maka pemain harus menguasai teknik-teknik dasar agar lebih mudah melakukan permainan yang benar. Permainan bola voli modern sangat membutuhkan teknik dasar yang baik dalam meningkatkan performa permainan.

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa bola voli adalah permainan yang dinamis, maka teknik dasar harus dikuasai dalam berbagai posisi dan berbagai sikap. Untuk mengatasinya diperlukan latihan-latihan yang menunjang dan mengarah kepada saat permainan sesungguhnya berlangsung. Salah satu bentuk alternatif passing atas adalah dengan latihan berpasangan dan latihan passing ke arah dinding.

Mengacu kepada latar belakang di atas penulis meneliti seberapa besar kontribusi kedua bentuk latihan passing di atas terhadap tingkat penguasaan teknik dasar passing atas yang dilakukan, yang dilakukan oleh siswa SDN Gadingan II Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut membutuhkan pembuktian dan karena itu penulis mencoba melakukan penelitian dengan membandingkan kedua metode latihan passing tersebut.

B. Masalah Penelitian

Penelitian dalam bidang pendidikan jasmani masih perlu banyak dilakukan untuk mencari dan menggali aspek-aspek yang bermanfaat dari pendidikan jasmani tersebut. Sehubungan dengan latar belakang masalah penelitian maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar peningkatan hasil latihan passing atas dengan bentuk latihan berpasangan?

2. Seberapa besar peningkatan hasil latihan passinga atas dengan bentuk latihan dipantulkan ke dinding?

3. Manakah yang lebih efektif diantara kedua bentuk latihan di atas dalam permainan bola voli mini?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan tujuan permasalahan yang dihadapi maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui peningkatan hasil latihan passing atas dengan bentuk latihan berpasangan.

2. Ingin mengetahui peningkatan hasil latihan passing atas dengan bentuk latihan dipantulkan ke dinding

3. Ingin mengetahui perbedaan efektivitas diantara kedua bentuk latihan tersebut dalam mengembangkan penguasaan teknik passing atas dalam permainan bola voli mini.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan temuan-temuan yang nantinya mempunyai manfaat yang berguna:

1. Sebagai bahan masukan bagi dunia olahraga pendidikan terutama cabang olahraga permainan bola voli mini.

2. Diharapkan dapat membangkitkan perhatian pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan dunia olahraga yaitu para pakar, guru olahraga, pembina olahraga, mengenal pentingnya bentuk-bentuk latihan.

3. Menjadi bahan masukan bagi yang akan melakukan penelitian terutama di bidang keolahragaan yang permasalahannya ada hubungannya dengan penelitian.

E. Pembatasan Istilah

Sehubungan dengan terlalu luasnya masalah penelitian maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup masalah penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel terikat (independen) yaitu latihan passing atas

b) Variabel bebas (dependen) yaitu bentuk latihan passing atas berpasangan dan bentuk latihan passing atas ke dinding.

2. Populasi yang menjadi objek penelitian adalah siswa-siswa putera kelas V dan kelas VI SDN Gadingan II Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu.

3. Passing atas. Angga (1996 : 16) menjelaskan bahwa: “Passing adalah pukulan pertama setelah bola berada dalam permainan akibat dan serangan, servis lawan maupun permainan net”.

4. Passing berpasangan, yaitu suatu model latihan keterampilan passing dengan cara berpasangan.

5. Passing ke dinding, yaitu suatu model latihan passing dengan cara memantulkan bola ke dinding.

6. Efektivitas. Dapat membawa hasil, akibat, pengaruh, yang memberikan kesan positif.

F. Anggapan Dasar

Adapun yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Atlet yang menguasai teknik yang baik akan mampu mengarahkan bola sesuai dengan keinginannya.

2. Memilih metode latihan yang tepat adalah metode yang meningkatkan penguasaan teknik dasar dalam waktu singkat.

3. Teknik dasar yang mudah akan lebih cepat dikuasai oleh atlet.

4. Variasi latihan dalam pembentukan gerakan sangat diperlukan terutama oleh atlet pemula.

G. Hipotesis

“Terdapat perbedaan efektivitas diantara hasil latihan passing atas dengan latihan berpasangan dengan hasil latihan passing atas dengan bentuk latihan dipantulkan ke dinding dalam mengembangkan keterampilan teknik passing atas dalam permainan bola voli mini”.

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Tinjauan Teoritis

Permainan bola voli mini sekarang sudah berkembang pesat dan merupakan olahraga yang popular, baik tingkat dunia maupun di Indonesia. Hal ini merupakan modal dasar bagi PBVSI khususnya dan pembina bola voli pada umumnya untuk terus mengembangkan serta meningkatkan mutu perbolavolian di Indonesia. Tapi yang paling penting, ternyata banyak sekali anak-anak di berbagai negara tertarik akan permainan bola voli mini. Para remaja inilah yang akan meningkatkan jumlah pemain dan pribadi aktif dalam perbolavolian nantinya. Juga sangat penting untuk menyusun teknik dasar penguasaan kontrol bola pada usia dini, sebagai serang atlet muda yang lebih mempelajari keterampilan dasar tersebut. Untuk mengembangkan keterampilan tersebut, sangat penting arti kecintaan terhada bola voli dari usia, mereka akan memainkan dengan gairah, kegembiraan dan permainan tingkat tinggi.

Permainan bola voli mini menurut Backe (1995 : 23) adalah: Bola voli mini menyajikan sejenis bola voli yang diselaraskan dengan kebutuhan dan kapasitas anak-anak usia 9 sampai 12 tahun sejalan dengan prinsip mengajar yang baik”.

Permainan bola voli akan lebih menarik apabila pemain-pemainnya menguasai teknik dasar dengan baik dan mengerti seluk beluk permainan. Prinsip bermain voli adalah memukul bola sebanyak-banyaknya tiga kali dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola melewati net dan masuk ke petak lawan. Permainan sederhana ini lebih sulit apabila dimainkan dengan tempo cepat dan dinamis.

Sebelum penulis menguraikan teknik-teknik dasar permainan bola voli terlebih dahulu penulis ungkapkan pengertian teknik dasar permainan bola voli. Menurut Suharni (1985 : 14) adalah:

a. Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola voli.

b. Teknik adalah suatu kegiatan secara efektif dan rasional, yang memunginkan tercapainya hasil yang baik dalam pertandingan.

c. Teknik adalah usaha memperoleh suatu penyelesaian yang tepat untuk menimbulkan adanya aksi motorik (gerak) berdasarkan pada kualitas hubungan alat-alat tubuh: manusia, kondisi mekanik lingkungan, dan peraturan pertandingan.

Sedangkan menurut Beutelstahl (1998 : 9) yang dimaksud dengan teknik adalah:

“Prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan bertujuan mencari penyelesaian suatu problema pergerakan tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan berguna”.

Dari kedua penjelasan tersebut penulis simpulkan bahwa teknik adalah cara untuk melakukan sesuatu dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dalam mempertinggi kecepatan bermain voli, teknik mempunyai hubungan erat dengan kondisi fisik, taktik, dan mental. Teknik dasar bola voli benar-benar harus dipelajari terlebih dahulu guna mengembangkan mutu prestasi, yang juga menentukan menang kalahnya sebuah tim voli di samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental.

Pentingnya penguasaan teknik dasar dalam permainan bola voli mengingat hal-hal berikut:

a. Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan melakukan teknik.

b. Karena terpisahnya tempat antara regu satu dengan regu yang lain sehingga tidak terjadi sentuhan badan dari lawan, maka pengawasan terhadap kesalahan teknik lebih seksama.

c. Banyak unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan antara lain: membawa bola, menyentuh bola, mendorong bola, pukulan bola, pukulan ganda tertahan.

d. Permainan bola voli adalah permainan cepat, artinya wakru untuk memainkan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan terjadinya kesalahan teknik yang leibih besar.

e. Penggunaan teknik tinggi hanya dimungkinkan kalau penguasaan teknik dasar yang tinggi dalam permainan bola voli cukup sempurna.

Dengan melihat kemungkinan-kemungkinan tersebut seperti yang disebutkan di atas maka perlu kiranya pemain bola voli secara perorangan berusaha meningkatkan penguasaan teknik dasar permainan bola voli. Baacke (1995 : 26) menjelaskan teknik pokok yang dibutuhkan dalam permainan bola voli mini antara lain:

Service : 1. Servis bawah

2. Servis atas

Penerimaan servis : 1. Pass atas (sikap normal)

2. Pass atas (sikap nunduk)

3. Dig pass (pass bawah)

Passing dan umpan : 1. Pass atas

2. Smash lemah

3. Sontekan

4. Smash

Blok : Blok tunggal

Bertahan (retrieving)

Receiving : 1. Pass atas (sikap normal)

2. Pass atas (sikap rendah)

3. Pass atas (dengan bergulir)

4. Pass atas (dua lengan)

5. Pass atas (meluncur)

6. Pass atas (satu tangan)

Sedangkan menurut Angga (1998 : 134) membagi teknik dasar permainan bola voli menjadi dua bagian bagian besar yaitu:

a. Teknik tanpa bola

1) Sikap siap normal

2) Pengambilan posisi kaki yang tepat dan benar

3) Langkah kaki

a) Gerak ke depan

b) Gerak menyamping

c) Gerak ke belakang

4) Langkah kaki untuk melawan smash

5) Langkah kaki untuk awalan blok

6) Gerak badan, lengan dan kaki dalam tipu

b. Teknik dengan bola

1) Menurut putaran bola

a) Top spin

b) Back spin

c) Out side spin

d) float

2) Servis tangan bawah (underhand pass)

a) Back spin

b) In side spin

c) Cutting underhand

3) Servis tangan atas (over hand pass)

a) Tennis servce

b) Floating underhand

c) In side spin

d) Out side spin

e) Round house overhand

f) Slinder floating overhand

g) Drive overhand

h) Hongaria overhand

i) Pass bawah

j) Dua tangan

k) Sikap normal

l) Guling depan

m) Terjun ke depan

n) Setengah guling ke belakang

4) Pass atas

a) Pass atas setinggi dada (chess pass)

b) Pass atas sikap normal

c) Pass atas dengan guling ke samping

d) Pass atas dengan meloncat

e) Pass atas dengan guling ke belakang

f) Pass atas setinggi muka (forward pass)

5) Umpan atau set up

a) Normal set up / open set up / high set up tinggi bola 2 m ke atas dari net

b) Medium set up / semi set up, tinggi bola 1 m sampai 1,99 m ke atas net

c) Low set up, tinggi bola kurang dari 99 cm ke bawah dari bagian tepi atas net

6) Smash

a) Menurut arah bola:

ü Smash silang (cross spike)

ü Smash lurus (stright spike)

b) Menurut macam set up

ü Open smash normal / smash canon

ü Semi smash

ü Quik smash

ü Pash smash

ü Pool stright smash

c) Menrut kurve bola

ü Drive smash

ü Top spin smash

ü Lob smash

d) Menurut awalan

ü Tanpa awalan

ü Dengan satu kaki

ü Dengan awalan

ü Dengan dua kaki

7) Blok

a) Satu orang

ü Blok aktif

ü Blok pasif

b) Dua orang

ü Blok aktif

ü Blok pasif

c) Tiga orang

ü Blok aktif

ü Blok pasif

Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dikatakan bahwa teknik dasar permainan bola voli dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Yaitu teknik untuk menyerang dan teknik untuk bertahan.

2. Teknik Dasar Passing Atas

Passing adalah usaha ataupun upaya seorang pemain voli menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri, akibat dari servis, atau serangan lawan, atau di lapangan sendiri.

Teknik passing atas lebih ditekankan untuk set up yang tujuannya adalah untuk menyajikan bola yang dimainkan kepada teman seregunya yang selanjutnya agar dapat melakukan serangan terhadap regu lawan / ke lapangan lawan.

Gerakan passing atas dengan dua tangan

a. Sikap permulaan dan perkenaan denga bola

1) Pemain mengambil sikap normal

2) Berdiri dengan salah satu kaki di depan kaki yang lain

3) Lutut ditekuk badan agak condong sedikit ke depan dengan tangan siap di depan dada

4) Bergerak segera menempatkan diri di bawah bola

5) Tangan diangkat ke atas kira-kira setinggi dahi

6) Jari-jari direnggangkan sedikit satu dengan yang lain dan kedua ibu jari membentuk satu sudut

7) Perkenaan bola pada pada jari diruas pertama dan kedua terutama ruas pertama dan ibu jari. Pada saat jari disentuhkan pada bola maka jari-jari agak ditegangkan sedikit dan pada saat itu juga diikuti gerakan pergelangan tangan, lengan ke arah depan atas agak eksplosif.

b. Sikap akhir

1) Setelah bola berhasil di passing maka lengan harus lurus sebagai suatu gerakan lanjutan diikuti dengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap terjaga dengan baik.

2) Gerakan tangan, pergelangan, lengan dan kaki harus merupakan suatu gerakan yang harmonis, pandangan ke arah jalannya bola.

3) Bersiap untuk memainkan bola kembali, pandangan selalu mengawasi jalannya bola.

Kesalahan umum pemain dalam melakukan passing atas:

a. Kurang cepat menempatkan badan di bawah bola dan malas menekuk lutut dalam persiapan pelaksanaan

b. Membuka jari-jari terlalu lebar dan lurus sehingga tidak terbentuk suatu cekungan setengah lingkaran dari jari-jari dan telapak tangan

c. Siku terlalu keluar ke samping atau terlalu rapat ke dalam sehingga bentuk cekungan jari dan telapak tangan datar

d. Pergelangan tangan kurang fleksibel ke samping dalam (medio flexic) sehingga cekungan jari dan telapak tangan kurang sempurna.

e. Perkenaan bola pada waktu passing pada ujung jari hingga kuku sering sobek apalagi gerakannya menguncup bola

f. Lengan telah lurus ke atas sebelum perkenaan bola, sehingga tidak ada kekuatan mendorong bola ke depan atas

g. Kurang keharmonisan gerak beraturan antara jari, pergelangan tangan, lengan, badan, dan kaki

h. Gerakan perkenaan bola terlalu eksplosif atau kurang eksplosif sehingga arah dan sasaran menyeleweng

i. Penguasaan koordinasi gerakan yang sangat kurang akibat kurangnya latihan fisik

j. Pemain mudah mengalami kejenuhan latihan passing atas

k. Jari-jari rapat dan lemas terutama pada pemain wanita

l. Perkenaan bola pada telapak tangan sehingga terdengar bunyi plak dalam melaksanakan passing atas

m. Menggerakkan pergelangan tangan tidak ke arah depan atas melainkan hanya ke depan saja.

Penerimaan atau pantulan yang baik:

a. Bola dimainkan tinggi dan empuk dengan sudut 45 derajat dan diarahkan ke daerah 2-3-4 disesuaikan dengan situasi permainan (posisi pengumpan, teknik penyerangan yang akan dijalankan, dsb)

b. Jangan sekali-kali langsung memukul bola ke daerah lawan

c. Servis yang sulit harus di passing setinggi mungkin ke arah tengah lapangan untuk memudahkan rekan memberikan umpan atau membuat serangan terhadap lawan

d. Tinggi, jauh, dan cepatnya bola yang dikembalikan lebih penting dari ketepatannya

e. Usahakan agar bola yang dioper pada teman seregu tidak berputar.

Titik tertinggi bola operan kira-kira 3-4 m dan penempatannya kira-kira 60-80 cm dari net. Apabila bola operan terlalu tinggi akan memaksa pengumpan mengadahkan kepalanya, sehingga gerakan pemain seregunya kurang dapat diikuti dengan seksama.

Di bawah ini akan penulis kemukakan analisis gerak passing atas dalam permainan bola voli.

Gambar 2.1

Sikap permulaan

Analisis gerak sikap permulaan:

a. Sikap siap normal, dimana salah satu kaki berada di depan kaki yang lain, dianjurkan bila tidak kidal, kaki kiri berada di depan kaki kanan, lutut ditekuk, badan condong sedikit ke depan dengan tangan siap di depan dada. Jari-jari tangan membentuk setengah bulatan dan direganggangkan sedikit satu dengan yang lain dan kedua ibu jari membentuk satu sudut.

Gambar 2.2

Sikap perkenaan

Analisis gerak saat perkenaan

b. Pada saat akan mengenakan bola, bergerak segera menempatkan diri di bawah bola, tangan diangkat kira-kira setinggi dahi. Perkenaan bola pada jari di ruas pertama dan kedua terutama ruas pertama dan ibu jari, pada saat jari disentuhkan pada bola maka jari-jari agak ditegangkan sedikit dan pada saat itu diikuti gerakan pergelangan tangan, lengan ke arah depan atas agak eksplosif.

Gambar 2.3

Analisis gerak akhir

Analisis gerak akhir

c. Setelah bola berhasil di passing atas lengan harus lurus sebagai suatu gerak lanjutan diikuti dengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap terjaga dengan baik gerakan tangan, pergelangan, lengan dan kaki harus merupakan suatu gerakan yang harmonis, pandangan ke arah jalannya bola.

Gambar 2.4

Rangkaian gerakan passing atas

3. Teori Belajar Gerak

Belajar gerak dituntut harus adanya teori belajar gerak yang mempengaruhinya, diantara teori belajar yang menjadi acuan metode belajar mengajar gerak yaitu teori belajar behaviorisme dan kognitifisme. Dua teori tersebut secara mendasar mempunyai perbedaan yang nyata namun demikian dalam beberapa hal kedua teori tersebut mempunyai pandangan yang sama. Pengaruh teori belajar behaviorisme atau thorndike, sedangkan pengaruh belajar kognitifisme atau psikologi Gestalt adalah lebih mengutamakan pemahaman pola suatu keseluruhan.

Teori koneksionisme yaitu teori belajar dari Thorndike yang dikutip oleh Supandi dan Seba (1993 : 24) menghasilkan tiga buah hukum belajar yaitu:

a. Hukum akibat

b. Hukum latihan

c. Hukum kesiapan

Menurut hukum akibat seseorang yang mengulang-ulang gerakan yang dipelajari, bila dalam melakukan gerakan tersebut timbul perasaan senang dan puas serta tidak ada lagi gerakan-gerakan yang tidak menyenangkan.

Belajar passing atas dengan menggunakan berbagai variasi latihan akan memungkinkan siswa melakukan passing dengan benar. Dengan keberhasilan tersebut maka pada diri siswa akan timbul motivasi untuk lebih belajar passing lebih banyak.

Hukum belajar Thorndike yang kedua adalah hukum latihan. Hukum ini pada dasarnya sangat mementingkan peranan ulangan, karena yang sering dilakukan akan menjadikan ulangan stimulus respon menjadi erat. Dengan demikian koordinasi gerak dapat diperbaiki, lebih terarah dan representatif. Latihan yang berulang-ulang juga dapat berubah menjadi kebiasaan.

Belajar passing membutuhkan waktu yang tidak singkat karena rangkaian gerakan tersebut membutuhkan koordinasi dan membutuhkan waktu latihan. Dengan latihan yang intensif dan berkesinambungan, pengulangan gerakan passing atas akan menjadi kebiasaan pada siswa.

Hukum belajar Thorndike yang ketiga adalah hukum kesiapan. Menurut hukum ini, kecepatan siswa memahami suatu pelajaran dipengaruhi kesiapan siswa dalam menghadapi pelajaran tersebut. Kesiapan juga dipengaruhi tingkat kesukaran tugas yang harus dilakukan. Dengan memberikan berbagai bentuk variasi latihan akan memudahkan siswa dalam mempelajati passing atas dan menunjang kesiapan siswa dalam passing atas.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Keterampilan Gerak

Dalam upaya menguasai keterampilan gerak terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi yang menentukan atau mempengaruhi murid terhadap penguasaan keterampilan, yaitu faktor keturunan, pengalaman pada masa kanak-kanak, tujuan pribadi, lingkungan dan faktor sosial.

a. Faktor keturunan

Faktor keturunan erat kaitannya dengan bakat murid yang dibawa dari lahir, tentunya setiap murid tidak akan sama, dengan adanya perbedaan-perbedaan pada murid sehingga memudahkan dalam pengembangan yang perwujudannya dilakukan di sekolah melalui proses belajar mengajar.

b. Pengalaman pada masa kanak-kanak

Murid yang pada masa kecilnya suka bermain voli maka dengan sendirinya si murid memiliki teknik, jadi tidak sukar untuk mempelajari dibandingkan dengan anak-anak yang tidak pernah bermain bola voli.

c. Tujuan pribadi

Adanya tekad dan kemauan dalam diri sendiri untuk belajar keterampilan. Gerak merupakan modal utama untuk terjadinya motivasi intrinsik, dorongan itu akan tejadi dan berkembang apabila murid yang bersangkutan mempunyai tujuan dan memahami dan mengerti serta merasakan bahwa keterampilan gerak yang dipelajarinya benar-benar bermanfaat bagi dirinya.

d. Pengaruh lingkungan

Lingkungan belajar yang baik dimana situasi belajar berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang dicapai seperti dengan lengkapnya sarana dan prasarana belajar. Terjadinya hubungan yang serasi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru yang terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar.

e. Faktor lain

Faktor lain juga terlibat seperti motivasi,tekad, emosional, dan kesiapan mental juga faktor kelelahan dimana proses tersebut ditimbulkan oleh proses koordinasi fungsi syaraf otot terrsebut ialah reflek bersyarat sebagai dan keseluruhannya tergantung pada berapa lama refleks bersyarat itu dimiliki.

Tujuan mempelajari gerak adalah mencapai tingkat keterampilan suatu waktu tertentu dalam olahraga. Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa seseorang yang dapat melakukan gerakan-gerakan dengan efektif dan efisien dapat dikatakan sebagai orang yang terampil, memiliki keterampilan yang tinggi.

Keterampilan dalam pengertian tadi merupakan hasil dari proses pengalaman dan pembahasan. Semakin sering suatu gerakan dilakukan dalam rangkaian yang teratur maka peningkatan yang terjadi mengarah pada suatu tingkat keterampilan.

Dalam menciptakan iklim belajar keterampilan passing atas, guru merupakan fasilitator karena lebih dominan dalam mengembangkan aspek kepribadian siswa yang berlangsung secara wajar dan bermakna.

Sugiyatno (1993 : 272) mengutip penjelasan dari Fitts dan Posner, yang mengemukakan bahwa secara gerak keterampilan terjadi 3 fase belajar, yaitu:

a. Fase kognitif

b. Fase asosiatif

c. Fase otonom

Pada fase kognitif guru memberikan penjelasan dan mendemonstrasikan cara melakukan teknik passing atas dalam hal ini juga dapat dibantu dengan memperlihatkan gambar. Melalui usaha ini diharapkan siswa dapat menangkap penjelasan atau gerakan dari guru dan menjadi mengerti gerakan yang harus dilakukannya. Siswa memerlukan waktu beberapa saat untuk melakukan gerakan, sehubungan dengan itu siswa diberikan kesempatan secukupnya untuk berkonsentrasi sepenuhnya terhadap konsep dari setiap gerakan.

Pada fase asosiatif setelah melewati fase kognitif, siswa diharapkan mengerti konsep gerakan passing atas. Pada fase ini siswa diberikan kesempatan mewujudkan konsep gerakan yang sebenarnya gerakan menjadi gerakan terpadu.

Pada fase otonom siswa diharapkan telah menguasai gerakan dengan benar, dan selanjutnya setelah masa-masa latihan dan pengulangan-pengulangan yang benar, cepat dan secara otomatis. Keadaan ini menunjukkan bahwa telah tercapai koordinasi yang baik antara syaraf, otot, dan otak (susunan syaraf pusat). Pada fase ini siswa dapat melakukan gerakan dan siswa harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan passing atas. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya sudah dilakukan secara otomatis melalui latihan dengan pengulangan gerakan yang cukup intensif. Pada fase ini siswa merangkaikan bagian-bagian.

5. Variasi Latihan

Menurut data-data hasil pengamatan penulis, suatu program latihan yang digunakan para atlet / siswa berprestasi untuk mencapai juara atau kondisi puncak harus selalu berjalan sepanjang tahun. Jarver (1996 : 10) mengemukakan pendapat: “Prinsip umum mentraining seorang atlet selalu disusun suatu program yang berdasarkan peningkatan program latihan prinsip interval dan kekhususan latihan tersebut”.

Sedangkan Harsono (1998 : 91) menjelaskan tentang prinsip-prinsip latihan yaitu sebagai berikut:

a. Pemanasan

b. Metode latihan

c. Berpikir positif

d. Prinsip beban lebih

e. Intensitas latihan

f. Kualitas latihan

g. Variasi latihan

h. Metode bagian dan metode keseluruhan

i. Perbaikan keseluruhan

j. Perkembangan menyeluruh

k. Metode latihan

l. Penepatan sasaran

Salah satu prinsip latihan yang cukup mendasar diantaranya adalah variasi latihan. Latihan yang dilaksanakan dengan benar biasanya menuntut banyak waktu dan tenaga dari atlet, puluhan bahkan ratusan jam, kerja keras yang dilakukan untuk meningkatkan intensitas kerjanya, untuk mengulang setiap bentuk latihan, dan untuk semakin meningkatkan prestasinya. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau latihan yang sering akan menyebabkan rasa bosan pada latihan. Para guru / pelatih diharapkan dapat menciptakan kreasi dan pandai mencari variasi-variasi dalam latihan. Dalam hal ini latihan untuk meningkatkan kemampuan untuk melakukan passing atas.

Harsono (1998 : 121) menjelaskan variasi latihan yaitu:

“Variasi-variasi latihan yang dikreasi dan diterapkan secara cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya fisik maupun mental atlet, sehingga dengan demikian timbulnya kebosanan dalam berlatih dapat dihindari. Atlet membutuhkan variasi latihan”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru dan pelatih wajib mengkreasikan variasi latihan.

Salah satu bentuk latihan untuk mengembangkan keterampilan passing atas adalah dengan teknik berpasangan dan teknik latihan passing ke dinding. Menurut pengalaman penulis, kedua latihan tersebut memiliki masing-masing keuntungan dan kerugian antara lain:

Keuntungan berlatih passing atas ke dinding:

a. Akan lebih mudah meningkatkan terbentuknya teknik passing atas

b. Siswa lebih menguasai keterampilan passing atas dengan mudah

c. Siswa lebih mudah menyesuaikan ketinggian bola di atas net dengan maksud dan tujuan umpan.

d. Dapat menghindarkan siswa dari perasaan frustasi karena selalu mengalami kegagalan dalam usahanya untuk melakukan keterampilan passing atas.

Kerugian latihan passing atas ke dinding yaitu:

a. Bagi siswa yang sering melakukan passing atas ke dinding sulit untuk mengarahkan bola ke arah yang lain

b. Bagi siswa yang memiliki kemampuan fisik yang baik seperti kekuatan lengan dan koordinasi teknik akan menimbulkan kebosanan bila harus mengulang gerak passing atas ke dinding.

Keuntungan latihan passing atas dengan cara berpasangan yaitu:

a. Siswa tidak merasa bosan dalam melakukan passing atas dengan cara berpasangan

b. Siswa lebih meningkatkan kemampuan passing atas

c. Dapat meningkatkan motivasi siswa untuk melakukan passing atas secara berulang-ulang

d. Dapat melakukan berbagai bentuk variasi latihan.

Kerugian dalam latihan passing atas ini adalah:

a. Pada saat melakukan passing atas dengan cara berpasangan kemungkinan bola tidak tepat sasaran lebih besar

b. Siswa akan merasa kesulitan dalam mempelajari teknik ini karena kemampuan pasangan juga ikut menentukan arah atau sasaran bola, apalagi untuk tahap pemula.

Dengan mengetahui keuntungan dan kerugian tersebut, dapat diduga bahwa hasil belajar passing atas dengan berpasangan akan lebih baik hasilnya daripada belajar passing atas dengan menggunakan cara ke dinding.

Pelatihan kemampuan keterampilan banyak diperkenalkan pada gerak dasar seperti running, jumping, catching, throwing, batting, balancing, dan rolling yang dilakukan dengan teknik yang benar. Sehingga tercapai tujuan untuk memberikan pengalaman keterampilan yang lengkap dan dilakukan secara benar. Juga mengembangkan kelenturan, koordinasi dan keseimbangan. Dan yang tidak kalah pentingnya menanamkan sikap dan sifat disiplin diri dan komit terhadap segala aturan dan tata tertib.

Sebagai dukungan pada tahap ini, pelatih harus dapat menciptakan alat bantu yang sesuai dan tepat sehingga hasilnya menjadi efektif, seperti memodifikasi bola agar tidak menjadi beban atau ketinggian basket yang direndahkan sehingga dapat melakukan gerakan teknik dengan benar. Selain itu, pelatih merancang program yang lebih bervariasi agar anak mempunyai kesempatan melakukan (partisipasi) secara maksimal dan memberi kesempatan untuk berkreasi dan berimajinasi dalam setiap gerakan yang dilakukan. Merancang regulasi permainan agar mudah dipahami serta menciptakan situasi permainan yang dapat menumbuhkan sifat inisiatif untuk saling bekerja sama.

Selain latihan kemampuan keterampilan juga perlu diberikan latihan fisik. Pelatihan fisik yang dapat diberikan pada tahap permulaan ini berupa latihan-latihan fisik dasar yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada makhluk-Nya, seperti kemampuan kelenturan pada persendian dan persambuangan (flexibility), kemampuan kecepatan gerak (Speed – Agility – Qiuckness), kemampuan kekuatan (strength), dan kemampuan daya tahan (endurance). Yang paling penting untuk dicermati oleh setiap pelatih adalah bagaimana menerapkan metode dan bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak usia permulaan (6 – 10 tahun) dan pembentukan (11 – 14 tahun).

Hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan latihan fleksibilitas pada tahap ini adalah:

a. Rencanakan program latihan yang akan diterapkan

b. Persiapkan (seandainya ada) fasilitas yang akan digunakan untuk membantu proses dan memperhatikan kenyamanan dan keamanannya

c. Yakinkan bahwa kondisi anak baik untuk melakukan aktivitas latihan

d. Apabila anak dalam jumlah yang cukup banyak maka pengaturan situasi perlu diperhatikan agar tetap ada dalam pengawasan

e. Memberikan contoh gerakan yang benar dan dengan ketentuan yang jelas dan mudah dipahami (tugas gerak yang jelas dan mudah) oleh anak.

Perhatikan sistematika gerakan demi gerakan:

a. Gerakan yang salah harus sesegera mungkin diperbaiki melalui pendekatan yang tepat

b. Untuk mendapatkan retensi yang baik lakukan dengan pengulangan yang cukup dan tidak terlalu banyak gerakan.

Kecepatan gerak merupakan kemampuan yang terpenting dalam olahraga prestasi. Hampir semua hasil ditentukan oleh kemampuan ini apakah itu jenis olahraga permainan, olahraga bela diri, olahraga siklis, atau olahraga jenis akurasi sekalipun. Karena mayoritas atlet dituntut untuk melakukan lari (run), gerak (move), bereaksi (react), atau merubah arah (change direction) dengan cepat. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang telah dilahirkan (genetic) dan keturunan (herediter) tergantung pada komposisi tipe otot. Kontraksi otot yang cepat terjadi karena proporsi serabut otot cepat (fast twitch fibers) lebih banyak dibandingkan dengan serabut otot lambat (slow twitch fibers).

Pada anak usia tahap permulaan, pelatihan kemampuan kecepatan gerak lebih diarahkan pada bentuk permainan untuk mendapatkan speed, agility dan quickness-nya.

a. Speed games

b. Agility games

c. Reaction games

d. Quickness games

e. Relays

Bentuk latihan tersebut dapat dilakukan secara terpisah dan atau kombinasi (gabungan).

B. PROSEDUR PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud yang memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sedangkan metode penelitian adalah suatu cara yang dipergunakan mencari kebenaran untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Surakhmad (1990 : 149) menjelaskan:

“Dalam arti kata yang luas, bereksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil. Hal itu yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian yang diselidiki”.

Sedangkan tujuan eksperimen menurut Surakhmad (1990 : 149) “Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan data dan deskripsi data melainkan pada penemuan faktor-faktor akibat”.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa metode eksperimen merupakan suatu percobaan langsung untuk mengetahui sebab akibat. Maka pada penelitian ini penulis mengadakan suatu percobaan langsung untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari latihan passing atas dengan cara berpasangan dan ke dinding, pengaruhnya terhadap tingkat penguasaan keterampilan passing atas.

2. Populasi dan Sampel

Setiap kegiatan penelitian selalu berhubungan dengan populasi sebagai sumber data Sadjana (1992 : 6) adalah:

“Totalitas semua nilai yang mungkin, hasilnya menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas ingin dipelajari sifat-sifatnya dinamakan populasi.

Dari penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan populasi ialah semua sumber data yang dapat dikenai penelitian.

Populasi sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah siswa Putera kelas V dan VI SDN I Gadingan II Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu, tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 88 orang dan terdiri dari 47 orang putera dan 41 orang puteri. Dari semua populasi ini tidak semuanya dijadikan sampel, mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya. Oleh karena itu dalam penelitian sampel, penulis tetapkan dengan melalui sampel yang representatif objek penelitian.

Pengertian sampel menurut Sujdana (1992 : 6): “Penarikan sebagian diambil dari populasi disebut sampel”.

Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa sampel itu harus representatif, dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula pada sampel yang diambil.

Teknik yang diambil untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling acak (randomm sampling). Alasan penulis menggunakan sampling ini adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Sebagaimana yang dikemukakan Arikunto (1990 : 126): “Ciri utama dari sampling acak atau random sampling ialah memberikan kesempatan yang sama setiap subjek untuk terampil sebagai anggota sampel.

Teknik atau cara yang dilakukan dalam menentukan sampel yaitu:

a. Seluruh populasi berjumlah 47 orang yang terdiri dari siswi kelas V dan kelas VI, dan akan diambil sampel acak sebanyak 30 orang

b. Pada sehelai kertas digulungkan yang berukuran dan beridentitas sama, dituliskan nama-nama anggota masing-masing. Sebuah nama untuk setiap anggota, dengan demikian terdapat 47 helai kertas

c. Kertas-kertas tersebut ditempatkan dalam sebuah kotak. Setelah itu diaduk dan diambil oleh seseorang yang ditutup matanya satu persatu sebanyak 30 helai kertas yang digulung

d. Nama-nama yang ditarik itulah yang akan menjadi anggota sampel. Sebelum dikelompokkan diadakan tes terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengukur keseimbangan antara kelompok A dengan kelompok B. Secara rinci desain pengelompokan yang akan dipergunakan dengan cara meranking terhadap ketiga puluh anak dengan tes berbentuk tiap anak melakukan passing atas melambung vertikal ke atas selama 1 menit. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan pengelompokan dengan cara sebagai berikut:

Kelompok A dengan angka ganjil (1,, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29) = 15 orang.

Kelompok B dengan angka genap (2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30) = 15 orang.

Keterangan:

Kelompok A = kelompok yang direncanakan diberi perlakuan latihan passing atas berpasangan.

Kelompok B = kelompok yang direncanakan diberi perlakuan dengan latihan passing atas ke dinding.

3. Desain Penelitian

Sebelum mengadakan eksperimen seorang peneliti harus dapat merumuskan langkah-langkah yang akan ditempuh supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan lancar sesuai yang diinginkan. Rancangan kegiatan untuk mengatur langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan penelitian disebut desain eksperimen.

Di dalam penulisan desain penelitian ini, penulis membuat bagan penelitian seperti digambarkan berikut ini

Gambar 3.1

Desain penelitian

4. Instrumen Penelitian

Penelitian merupakan suatu upaya mengkaji suatu masalah melalui bahan kajian yang diperoleh melalui beberapa teknik dan alat pengumpulan data. Alat pengumpul data tersebut seperti wawancara, tes angket, studi dokumentasi, dan sebagainya.

Pada penelitian ini alat pengumpul data yang digunakan adalah sejenis tes. Agar relevan dengan bahan latihan yang diberikan kepada sampel, maka digunakan satu instrumen tes, yaitu tes keterampilan bola voli. Menurut Nurhasan (1998 : 716) yaitu tes pengoperan bola (passing) yang dilakukan satu kali pengetesan dengan memantulkan bola ke dinding selama satu menit. Menurut Brddy (1995 : 78) “Tes keterampilan bermain voli untuk mengukur kecakapan anak pemula putra yunior yang masih rendah tingkatannya”.

Untuk memperoleh data tes awal dilakukan sebelum eksperimen dan tes akhir setelah eksperimen. Untuk lebih jelasnya tentang tes keterampilan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

a. Alat-alat yang digunakan adalah:

1) Dinding atau tembok untuk petak sasaran

2) Bola voli

3) Stopwatch

b. petunjuk pelaksanaan

1) Testee berada di bawah petak sasaran

2) Setelah aba-aba ya, bola dilemparkan ke tembok sasaran tapi tidak dihitung

3) Melakukan passing ke sasaran yang berukuran 1,52 dengan ketinggian petak sasaran tidak terbatas, jarak petak sasaran dai lantai untuk putera 3,5 m dan puteri 3,0 m.

c. Cara menskor

1) Pemain melakukan tes selama 1 menit, memvoli bola sebanyak mungkin, pantulan bersih sempurna

2) Jumlah bola yang masuk dengan pantulan sempurna dan jatuh digaris batas dihitung.

d. Tidak diberi angka

1) Lemparan-lemparan tidak dihitung

2) Bola yang ditangkap atau tidak dikuasai

3) Bola menyentuh lantai, dimulai lagi dengan lemparan

e. Prosedur pelaksanaan tes

1) Tes awal / pre test adalah tes sebelum siswa mendapatkan latihan. Siswa harus terlebih dahulu mengetahui tentang tata tertib pelaksanaan tes, dan memahami tugas yang akan dilaksanakannya

2) Tes akhir / post test adalah tes setelah siswa mendapatkan latihan. Pelaksanaannya sama dengan pada saat siswa melakukan tes awal.

Pada siswa ditekankan untuk melakukan tes dengan sunguh-sungguh agar hasil yang dicapai benar-benar merupakan gambaran kemampuan belajar motorik dan keterampilan passing atas dalam permainan bola voli yang optimal.

5. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian untuk latihan passing atas dilakukan satu bulan 15 hari dengan jadwal latihan:

Lama penelitian : 1,5 bulan

Hari pelaksanaan : Selasa, Kamis, dan Sabtu

Jumlah pertemuan : 18 kali pertemuan

Waktu latihan : Pukul 15.00 – 16.30

Tempat latihan : Halaman SDN Gadingan II

Dalam pelaksanaan, penulis membagi tiga sistematika latihan yaitu:

a. Latihan Pendahuluan

Latihan pendahuluan merupakan persiapan latihan sebelum menuju latihan inti, yang bertujuan meningkatkan suhu tubuh dalam menyesuaikan kondisi tubuh dan mempersiapkan otot-otot yang akan dipergunakan dalam latihan ini, dan untuk menghindari cidera.

Secara garis besarnya urutan latihan pemanasan adalah:

1) Peregangan atau stretching

2) Lari mengelilingi lapangan voli sebanyak 6 keliling

3) Melakukan latihan Calesthenic (senam-senam umum) yaitu stretching dinamis

4) Pemanasan dilakukan 10% dari waktu yang tersedia, jangan sampai melelahkan siswa, agar mereka siap fisik dan mental.

b. Latihan Inti

Latihan inti adalah latihan khusus yang diarahkan pada passing atas. Tujuan dari latihan ini:

1) Menjelaskan bagaimana seharusnya gerakan passing atas, penulis membagi ke dalam tiga sistematika yaitu:

a) Sikap persiapan

ü Posisi kaki depan dengan belakang selebar bahu

ü Lutut dan pinggul sedikit ditekuk

ü Bahu menghadap sasaran

ü Kedua tangan di depan atas dahi

ü Telapak tangan di depan atas dahi

ü Telapak tangan membentuk setengah lingkaran

ü Pandangan mata diantara kedua telapak tangan.

b) Sikap saat perkenaan

ü Perkenaan bola pada bagian bawah belakang bola

ü Kedua siku dan lutut diluruskan bersama-sama

ü Arah kedua tangan menuju sasaran

c) Sikap akhir

ü Kedua tangan mengikuti lintasan bola

ü Berat badan dipindahkan ke arah sasaran bola

ü Bergerak mengikuti lintasan bola.

c. Latihan Penenangan

Dalam penenangan siswa diminta melakukan latihan pelepasan. Penulis mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi setelah latihan, dan bagaimana melakukan gerakan yang benar. Hal ini perlu untuk kemajuan siswa. Adapun program latihan yang dilakukan dalam penelitian ini tercantum dalam lampiran.

PROGRAM LATIHAN

Minggu

pertemuan

Hari/

tgl

Waktu

Materi

Latihan

Repetisi

Set

keterangan

1/1

15.30-17.00

Selasa

10-8-

2010

90 menit

Tes awal

1 kali

Tes passing berpasangan selama 60 menit

1/3

15.30-17.00

Sabtu

14-8-

2010

10-15

Menit

65 menit

5-10

Menit

A. Pemanasan

B. Latihan inti

Latihan pengenalan bola

Latihan passing atas tanpa bola

Penenangan

ü Lari

Mengelilingi

Lapangan voli sebanyak 6 kali

ü Peregangan

ü Latihan colesthenic

Bola dilambungkan di tempat sendiri

Bola dilambung dan dipindah dari tangan kiri ke kanan

Lempar tangkap berpasangan

Berupa push up, squat jump, berjalan bebek dan variasi lainnya

Memberi koreksi hasil latihan

Memberitahukan kemajuan latihan yang dicapai

6. Prosedur Pengelolaan Data

Setelah data diperoleh dari hasil tes, kemudian data diperoleh dan dianalisis. Dalam penganalisaan data penulis menggunakan pendekatan statistika dari Sudjana (1992) dan Nurhasan (1991).

Langkah-langkah pengujian diterima atau tidaknya hipotesis awal adalah sebagai berikut:

a. Mengorganisir data

1) Mengumpulkan data hasil tes awal ke dinding selama satu menit

2) Mengumpulkan data tes akhir ke dinding selama satu menit

b. Membuat penghitungan data

1) Menghitung rata-rata

Penghitungan yang dimaksud adalah menghitung rata-rata skor tiap butir tes (Sudjana, 1992 : 67)

Keterangan:

= nilai rata-rata yang dicari

= skor mentah

= banyak sampel

= jumlah dari

2) Menghitung varians dengan menggunakan rumus

Keterangan:

= varians yang dicari

= jumlah dari

= nilai data

= banyak sampel

3) Menguji normalitas dengan uji Liliefors:

Pengamatan X1, X2, ...., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ...., Zn dengan menggunakan rumus:

Arti tanda-tanda tersebut adalah:

= nilai pengamatan yang dicari

= nilai kuantitatif sampel

= rata-rata hitung

= standar deviasi

4) Untuk tiap angka baku tersebut, kemudian digunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peulang F (Z1) = P (Z1).

5) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, .....,Zn lebih kecil atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan Z (Si), maka:

6) Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemmudian tentukan harga mutlaknya.

7) Ambil harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut (Lo). Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka bandingkan Lo ini dengan nilai kritis Lo yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata = 0,05. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi distribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal ini lainnya hipotesis nol diterima.

F rumus untuk menguji homogenitas

Kriteria penerimaan ; dengan menggunakan distribusi F dengan taraf nyata 0,05 dan derajat kebebasan dk = n – 1 apabila Fhiutng lebih daripada Ftabel maka kelompok data tersebut adalah homogen, sedangkan apabila Fhitung sama dengan atau lebih besaraFtabel maka kelompok tersebut tidak homogen.

8) Pengujian hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata:

Pengujian Hipotesis

Untuk uji t kriteria pengujian adalah terima hipotesis, jika dimana didapat dari daftar distribusi t dengan dk = n1 – n2 – 2 dan peluang , untuk harga t lainnya Ho ditolak.

5 komentar:

  1. Balasan
    1. boleh lihat selengkapnya tentang proposalnya mas? buat reverensi skripsi saya mas,,

      Hapus
  2. boleh lihat selengkapnya tentang proposalnya mas? buat reverensi skripsi saya mas,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. mas,,gimana? boleh ga saya minta buat referensi saya buat skripsi ?

      Hapus
  3. Vint Ceramic Art | TITNIA & TECHNOLOGY
    Explore an all new “Vint septcasino Ceramic Art” project titanium metal trim on TITNIA & TECHNOLOGY. Our team of 출장마사지 sculptors and artists have casinosites.one created new and septcasino.com

    BalasHapus