Selasa, 19 Oktober 2010



PROPOSAL

HUBUNGAN MOTOR EDUCABILITY DENGAN

HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS PADA

PERMAINAN BOLAVOLI DI SMP NEGERI 2 INDRAMAYU

A. Latar Belakang Masalah

Motor educability merupakan kemampuan seorang individu dalam mempelajari suatu keterampilan gerak yang baru. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nurhasan (2000:108) bahwa, “Motor educability adalah kemampuan seseorang untuk mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).” Kemampuan ini merupakan kemampuan potensial yang menunjukkan cepat tidaknya atau mudah tidaknya seseorang menguasai suatu keterampilan gerak yang baru. Dengan kata lain dapat dinyatakan, kian tinggi tingkat motor educability seseorang maka kian mudah dan cepat orang tersebut menguasai suatu keterampilan. Hal ini diperkuat oleh pendapat dari Baumgartner & Jackson yang disarikan oleh Sutresna (2002) bahwa Motor educability adalah “The ability to learn motor skill easily and well”. Maksudnya kemampuan untuk mempelajari keterampilan secara mudah dan baik.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka motor educability dapat dijadikan acuan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mempelajari keterampilan gerak yang baru, sehingga kedudukannya dalam suatu kerangka pembelajaran keterampilan cabang olahraga menjadi penting, terutama dalam mengidentifikasi dan mengklasifikasi kemampuan gerak seorang individu.

Kurikulum pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga (PJKO) di sekolah tingkat lanjutan seperti SMP meliputi berbagai materi dan pokok bahasan yaitu permainan dan olahraga, uji ketangkasan, ritmik, aquatik dan pendidikan alam terbuka. Masing-masing materi dan pokok bahasan tersebut menuntut adanya penguasaan terhadap keterampilan gerak, baik yang sudah dipelajari maupun yang baru dipelajari.

Setiap siswa mempunyai potensi dan kemampuan gerak yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut merupakan permasalahan yang harus dicarikan jalan keluarnya dalam proses dan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa dapat menguasai seluruh keterampilan gerak yang diajarkan dengan baik. Salah satu caranya dengan melakukan pengelompokan kemampuan siswa melalui tes motor educability.

Hasil belajar siswa dapat diamati melalui perubahan tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran, sikap dan kemampuan geraknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Sukmadinata (1999:144) sebagai berikut:

“Belajar sesuatu bidang pelajaran, minimal meliputi tiga proses. Pertama, proses mendapatkan atau memperoleh informasi baru untuk melengkapi atau menggantikan informasi yang telah dimiliki atau menyempurnakan pengetahuan yang telah ada. Kedua, transformasi yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas yang baru. Ketiga, proses evaluasi untuk mengecek apakah manipulasi sudah memadai untuk dapat menjalankan tugas mencapai sasaran.”

Supandi (1991:7) menjelaskan tentang hal-hal yang terkandung dalam belajar sebagai berikut: “Selalu mengandung perubahan yang berurusan dengan pribadi, Perubahan itu terjadi pada perilaku seseorang dan bertahan lama, serta upaya atau pengalaman yang disusun secara sengaja dalam situasi dan tujuan tertentu.”

Bolavoli merupakan salah satu materi dan pokok bahasan olahraga dan permainan dalam kurikulum PJKO. Keterampilan gerak yang harus dikuasai oleh siswa dalam pokok bahasan bolavoli meliputi keterampilan gerak passing (mengoper bola), blocking (bendungan), dan service (servis). Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ma’mun (2001:51) adalah sebagai berikut: “Servis, passing, bendungan atau block dan receive”.

Pada dasarnya prinsip bolavoli adalah menjaga bola jangan sampai jatuh di lapangan sendiri dan berusaha menjatuhkan bola di lapangan lawan atau mematikan bola di pihak lawan. Peraturan dasar yang digunakan adalah bola harus dipantulkan oleh tangan, lengan atau bagian badan dan anggota badan. Bola harus diseberangkan ke lapangan lawan melalui atas net menggunakan teknik-teknik dasar permainan bolavoli.

Penguasaan terhadap keterampilan teknik bolavoli bukanlah hal yang mudah, karena permainan bolavoli menuntut keterampilan gerak yang komplek. Hal lain yang mmpengaruhi penguasaan terhadap keterampilan teknik bolavoli adalah kemampuan gerak siswa itu sendiri yang pada umumnya mempunyai kemampuan gerak yang berbeda-beda.

Penguasaan terhadap keterampilan gerak bolavoli berhubungan erat dengan tingkat motor educability siswa. Kualitas motor educability ini memberikan gambaran tentang kemudahan seseorang dalam mempelajari suatu keterampilan gerak cabang olahraga. Seperti apa yang dikatakan oleh Donald (1993:150) sebagai berikut: “The easy with which a person learn new skill is referred to as motor educability.” Dengan kata lain, semakin siswa menunjukkan kemudahan ketika dia mempelajari suatu gerakan, maka hal tersebut menunjukkan semakin tinggi derajat motor educability yang dimilikinya. Maka dalam hal ini motor educability mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama ketika siswa diperkenalkan pada suatu keterampilan gerak cabang olahraga, khususnya olahraga bolavoli. Disamping itu juga motor educability dapat memberikan gambaran tentang tingkat kemampuan siswa dalam merespon, menerima dan melakukan suatu keterampilan yang diperolehnya.

Siswa SMP termasuk dalam kelompok usia remaja awal yang menunjukkan pada kondisi terpesat dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sugiyanto (1995:36) menyatakan, “Pada masa adolesen, laki-laki cenderung mengalami peningkatan kemampuan gerak yang lebih besar dibanding perempuan.” Hal ini menyiratkan bahwa perlakuan terhadap siswa putera dan puteri dalam belajar gerak perlu mempertimbangkan faktor kemampuan geraknya. Sehingga menjadi penting untuk melakukan tes motor educability sebagai informasi dan acuan dalam memberikan pembelajaran gerak kepada siswa usia remaja.

Atas dasar uraian di atas, perlu kiranya dapat perhatian dan perbaikan untuk menuju pada latihan bolavoli yang baik dan benar. Dalam penelitian ini akan mencoba untuk mengkaji hubungan antara motor educability dengan keterampilan bermain bolavoli. Motor educability inilah yang akan menjadi fokus pembahasan dan keterkaitannya dengan penguasaan keterampilan teknik dasar bolavoli pada siswa SMPN 2 Indramayu.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Secara umum masalah penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli? Sedangkan secara khusus masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah: ingin mengetahui linieritas hubungan motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah ingin mengetahui signifikansi hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan penulis dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Secara teoretis dapat digunakan sebagai berikut:

a. Bagi lembaga-lembaga pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia dapat dijadikan sumbangan keilmuan dan informasi mengenai hubungan tingkat motor educability dengan keterampilan gerak, khususnya bolavoli.

b. Bagi SMPN 2 Indramayu dapat dijadikan masukan yang pada akhirnya dapat digunakan dalam menyusun program latihan dan pengembangan program kegiatan ekstrakurikuler bolavoli.

  1. Secara praktis dapat dijadikan acuan bagi para pelatih dan guru pendidikan jasmani dalam memilih siswa sebagai dasar pembentukan suatu tim olahraga bolavoli berdasarkan tingkat motor educability siswa.

E. Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari luasnya lingkup permasalahan yang memungkinkan akan memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka penelitian akan dibatasi sesuai dengan tujuan penelitian agar dapat diperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Adapun pembatasan ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah motor educability. Sedangkan Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan bolavoli.
  2. Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini meliputi istilah motor educability, keterampilan bolavoli, korelasi dan linieritas regresi antara dua variabel penelitian.
  3. Penelitian ini terbatas pada lingkup SMPN 2 Indramayu.
  4. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional.
  5. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa putera kelas VIII SMPN 2 Indramayu sebanyak 30 orang.

F. Penjelasan Istilah

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering berbeda-beda. Agar tidak terjadi perbedaan, maka penulis perlu menjelasakan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini dengan mengacu kepada pendapat para ahli. Adapun istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Hubungan adalah keterkaitan antara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hubungan adalah keterkaitan antara motor educability dengan penguasaan teknik dasar bolavoli siswa.

Motor educability menurut Donald (1963:150) adalah “The easy with which a person learn new skill is referred to as motor educability”. (Kemampuan seseorang untuk mempelajari keterampilan gerak baru). Dengan kata lain, semakin siswa menunjukkan kemudahan ketika mempelajari suatu gerakan, maka hal tersebut menunjukkan semakin tinggi derajat motor educability yang dimilikinya, sehingga kemungkinan untuk menguasai teknik dasar bolavoli semakin tinggi.

Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik ke arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan kemampuan psikomotorik siswa SMK dalam olahraga bolavoli.

Permainan Bolavoli menurut Ma’mun dan Subroto (2001:43) adalah “Memantul-mantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola dimainkan sebanyak-banyaknya tiga sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan melewati jaring.”

Keterampilan menurut Lutan (1998:95) adalah “Sebagai indikator dari tingkat kemahiran atau penguasaan suatu hal yang memerlukan gerak tubuh.” Maksudnya yaitu kemampuan keterampilan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam hal ini adalah keterampilan bolavoli.

Siswa adalah orang yang diberi pelajaran atau peserta didik. Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa adalah peserta didik kelompok putera kelas VIII di SMPN 2 Indramayu.

G. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar sangatlah diperlukan untuk pegangan pokok secara umum dan merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian. Anggapan dasar merupakan tolok ukur bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitiannya.

Dalam anggapan dasar ini penulis berpijak pada pendapat Donal K. Mathews (1963:150) sebagai berikut: “The easy with which a person learn new skill is referred to as motor educability”. Maksud penjelasan tersebut adalah kualitas motor educability akan memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mempelajari atau menguasai keterampilan gerak dengan mudah. Dengan kata lain, semakin siswa menunjukkan kemudahan ketika mempelajari suatu gerakan, maka hal tersebut menunjukkan semakin tinggi derajat motor educability yang dimilikinya.

Dengan hasil tes motor educability yang tinggi, maka siswa akan cepat dan mudah dalam mempelajari atau menguasai suatu keterampilan. Namun, bagi hasil tes motor educability yang rendah, maka siswa akan lambat dan sukar dalam menguasai atau mempelajari suatau keterampilan. Jadi dapat disimpulkan bahwa motor educability yang tinggi akan memberikan kemudahan dalam mempelajari dan menguasai keterampilan permainan bolavoli.

Salah satu faktor yang mendukung seseorang dalam mempelajari teknik dasar permainan bolavoli yaitu dengan mempelajari motor educability siswa karena ini merupakan kemampuan potensial yang menunjukkan cepat atau tidaknya atau mudah tidaknya seseorang dalam menguasai suatu keterampilan gerak yang baru. Apabila seorang pemain bolavoli mempunyai tingkat motor educability yang baik maka akan dengan mudah mempelajari gerakan yang diberikan oleh guru atau pun pelatihnya. Tentang motor educability dijelaskan lebih lanjut oleh Sutresna (2002:88) sebagai berikut:

“Jika seseorang memperlihatkan penampilan sedemikian cepat menguasai suatu gerakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik, maka orang itu dapat dikatakan memiliki tingkat motor educability yang baik, dan hal ini akan menyebabkan dia dapat mempelajari berbagai gerakan lainya dengan cepat.”

Kualitas motor educability akan memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru dengan mudah. Semakin seseorang menunjukkan kemudahan ketika menerima gerakan yang baru maka seseorang itu dapat disebut mempunyai tingkat motor educability yang tinggi. Dengan demikian motor educability mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran gerak seseorang.

Pada saat melakukan gerakan teknik dasar permainan bolavoli membutuhkan kemampuam koordinasi gerak yang baik. Oleh karena itu untuk membantu siswa agar mempunyai koordinasi gerak yang baik, sebaiknya latihan diberikan pada saat atlet berusia dini. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1998:221) yang mengemukakan sebagai berikut: “Koordinasi dikembangkan pada saat anak-anak berusia muda, yaitu pada waktu kemampuan adaptasi nervous sistemnya lebih baik dari pada kepunyaan orang dewasa.”

Untuk dapat melakukan suatu keterampilan teknik dengan sempurna diperlukan koordinasi gerak yang tinggi. Koordinasi gerak yang relatif tinggi diperoleh melalui suatu pengulangan-pengulangan gerak keterampilan tersebut. Giriwijoyo (1992:79) menjelaskan, “Ciri dasar melakukan teknik mutu tinggi ialah ketepatan dan kecermatan gerakan dan atau hasil gerakan.”

Hal yang sering terabaikan dalam proses latihan teknik adalah kelelahan, yaitu menurunnya kapasitas kerja fisik yang disebabkan oleh melakukan pekerjaan itu. Mengenai hubungan kelelahan dan reflek bersyarat, Giriwijoyo (1992:80) menjelaskan, “Kelelahan akan menyebabkan menurunnya kualitas reflek bersyarat.”

Prinsip-prisip yang perlu diterapkan dalam suatu proses latihan diantaranya adalah prinsip sistematis, berulang-ulang dan penambahan beban lebih. Latihan dinyatakan sistematis apabila dimulai dari tugas/materi latihan yang sederhana dan secara bertahap ditingkatkan kompleksitasnya atau dimulai dari beban yang ringan sampai dengan beban yang berat. Mengenai beban yang sistematis oleh Harsono (1998:101) dijelaskan, “Yang dimaksud sistematis adalah berencana, menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis, dari mudah ke sampai yang sukar, latihan yang teratur dari sederhana ke yang lebih kompleks”.

Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang agar terjadi otomatisasi atau kebiasaan tertentu yang bersifat reflek. Harsono (1998:101) menjelaskan, “Berulang-ulang maksudnya ialah agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah, otomatis dan reflektif”.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat dinyatakan bahwa latihan teknik dimaksudkan agar terjadi otomatisasi gerak dan reflek bersyarat. Reflek bersyarat akan menggambarkan efisiensi gerakan. Mengenai gerak yang efisien oleh Hidayat (1993:1) dijelaskan sebagai berikut:

Gerak itu efisien bila:

1. Kelompok otot yang besar bekerja terlebih dahulu

2. Melakukan kegiatan/tugas dengan penuh gairah

3. Mengeluarkan tenaga secara intelejen, artinya dilakukan dengan ekonomis dan otomatisasi.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat motor educability akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajari, menguasai dan melakukan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli. Kian tinggi seseorang memiliki tingkat motor educability, maka kian mudah dan cepat ia mempelajari, menguasai, dan melakukan keterampilan teknik dasar bermain bolavoli tersebut.

2. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, masalah penelitian dan anggapan dasar, penulis dapat menarik hipotesis dari permasalahan penelitian ini. Maka hipotesis dari rumusan masalah umum yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli adalah linier”. Sedangkan hipotesis dari rumusan masalah khusus yang diajukan adalah “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli.”

Ø Tinjauan Teoretis

A. Motor educability

1. Pengertian

Sinonim dari kata “motor” sering disama artikan dengan gerak (movement), namun sesungguhnya pengertian kedua kata ini berbeda. Seperti yang dijelaskan Mahendra (1996:59) bahwa: “Movement adalah gerak yang bersifat eksternal atau dari luar dan mudah diamati, sedangkan motor adalah gerak yang bersifat internal atau dari dalam, konstan, dan sukar diamati.”

Perilaku motorik dalam dunia olahraga sangat penting untuk diketahui, karena hubungan antara perilaku motorik dan penguasaan gerak dalam olahraga sangat berkaitan erat. Lutan (1998:53) menjelaskan bahwa perilaku motorik meliputi: “1) kontrol motorik (motor control), 2) belajar motorik (motor learning) dan 3) perkembangan motorik (motor development).” Ketiga hal ini disebut sebagai motor behavior atau perilaku motorik. Selanjutnya Barrow & McGee (1978) dalam Nurhasan (2000:107) menerangkan bahwa: “General abilities secara tradisional motor behavior untuk manusia dibagi ke dalam beberapa kategori yaitu: motor capability, motor educability, motor ability, dan motor fitness.”

Motor educability adalah kemampuan seseorang untuk mempelajari suatu keterampilan gerak yang baru atau new motor skill. Hal ini diperkuat oleh pendapat Clarke (1998:265) tentang motor educability yaitu, “The ease with which an individual learn new skills”. Maksud penjelasan tersebut adalah kemudahan seseorang untuk mempelajari keterampilan baru disebut motor educability. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Lutan (1998:115) bahwa, “Motor educability adalah kemampuan umum untuk mempelajari tugas secara cermat dan tepat.” Kemampuan ini merupakan kemampuan potensial yang menunjukkan cepat tidaknya atau mudah tidaknya seseorang menguasai suatu keterampilan gerak yang baru. Dengan kata lain dapat dinyatakan, kian tinggi tingkat motor educability seseorang maka kian mudah dan cepat orang tersebut menguasai suatu keterampilan yang baru dipelajarinya.

Dalam proses pembelajaran gerak, banyak hal yang harus diperhatikan salah satunya adalah motor educability. Dari konsep ini dapat dilihat kemampuan belajar siswa dalam menguasai pembelajaran gerak yang akan dipelajarinya. Kaitan antara kemampuan seseorang dalam mempelajari suatu gerakan baru berhubungan dengan kemampuan intelegensi seseorang. Hal ini dijelaskan oleh Cloy dan Young dalam Sutresna (2002:84) bahwa, “… is ability to learn motor skills easily and well, it corresponds, in the area of general motor skill, to intelegence in the area of classroom subject.”

Motor educability yang dimiliki seseorang menggambarkan tingkat kemampuan seseorang dalam menerima dan merespon keterampilan baru yang diperolehnya. Makin tinggi tingkat potensial educabilitynya, berarti derajat penguasaan terhadap gerakan-gerakan yang baru makin mudah. Seperti yang dijelaskan Nurhasan (2000:116) bahwa, “Kualitas potensial motor educability akan memberikan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru makin mudah”. Dalam proses belajar gerak, motor educability seseorang turut mendukung tercapainya tujuan dari proses pembelajaran yang akan dipelajarinya.

Dalam belajar keterampilan gerak terjadi perubahan yang bertahap. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Fitts (1964) yang dikutip oleh Lutan (1998:305) yaitu: “Tahap kognitif, Tahap Asosiatif, dan Tahap Otomatisasi”. Artinya dalam belajar keterampilan gerak, perubahan hasil belajar dapat dapat dicermati pada perubahan kemampuan pengetahuan, pemahaman, penerapan suatu teknik permainan dan pengambilan keputusan yang cepat (tahap kognitif). Selanjutnya adalah tahap Asosiatif yaitu tahapan belajar berupa pengorganisasian pola-pola gerakan yang lebih efektif untuk menghasilkan aksi. Tahap Otomatisasi adalah tahap belajar yang menggambarkan kemampuan gerak yang terkontrol. Mahendra dan Ma’mun (1996:96) menjelaskan, “Tahap ini disebabkan oleh meningkatnya otomatisasi dalam analisis indera terhadap pola-pola lingkungan, dimana tanda-tanda yang dini dari suatu permainan dalam suatu cabang olahraga dapat dideteksi dengan cepat dan akurat.”

Seseorang dapat dikatakan mempunyai motor educability yang baik apabila seseorang memperlihatkan penampilan semakin cepat menguasai suatu gerakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Berkaitan dengan hal ini, Schmidt dan Wrisberg (2000:10) mengemukakan, “Minimization of energy expenditure” yang berarti mengurangi pengeluaran energi untuk gerakan yang tidak seharusnya dilakukan.

Kualitas motor educability akan memberikan Gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru dengan mudah. Semakin seseorang menunjukkan kemudahan ketika menerima gerakan yang baru maka seseorang itu dapat disebut mempunyai tingkat motor educability yang tinggi. Dengan demikian motor educability mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran gerak seseorang.

2. Komponen Motor educability

Dalam olahraga, baik guru maupun pelatih misalnya bertugas untuk mengajarkan keterampilan baru atau menyempurnakan yang sudah lazim dikuasai. Maka oleh sebab itu ada beberapa komponen penting dalam motor educability dijelasakan oleh Oxendine yang dikutip Lutan (1998:116) bahwa:

“ Beberapa komponen motor educability yaitu: (1) ada makhluk hidup yang termotivasi; (2) ada insentif yang menuntun ke arah pemuasan motif-motif tertentu; (3) ada hambatan atau rintangan yang mencegah untuk diperolehnya insentif itu dengan segera; dan (4) ada usaha atau kegiatan dari organisme yang bersangkutan untuk memperoleh insentif itu.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen motor educabilty tersebut di atas juga dapat diterapkan dalam belajar motorik. Tujuan yang ingin dicapai harus ditetapkan untuk mengarahkan kegiatan belajar. Faktor motivasi juga penting utuk belajar motorik. Insentif seperti sukses melakukan suatu keterampilan, pengakuan lingkungan terhadap prestasi misalnya merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk mengulang-ulang kegiatannya. Hambatan akan selalu dialami, sehingga kegiatan belajar tak pernah berhenti. Semua makhluk hidup berusaha untuk mengatasi hambatan itu. Tindakan mengatasi hambatan harus dilakukan oleh organisme yang bersangkutan. Oleh karena itu yang paling penting dalam belajar adalah self-activity dan dianggap sebagai komponen untuk memperlancar proses belajar.

3. Pentingnya Motor educability pada Siswa SMP

Siswa SMP termasuk dalam kelompok usia remaja awal yang menunjukkan pada kondisi terpesat dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sugiyanto (1995:36) menyatakan, “Pada masa adolesen, laki-laki cenderung mengalami peningkatan kemampuan gerak yang lebih besar dibanding perempuan.” Hal ini menyiratkan bahwa perlakuan terhadap siswa putera dan puteri dalam belajar gerak perlu mempertimbangkan faktor kemampuan geraknya. Sehingga menjadi penting untuk memberikan pembelajaran tentang motor educability sebagai informasi dan acuan dalam memberikan pembelajaran gerak kepada siswa usia remaja.

Maka dalam hal ini motor educability mempunyai peranan yang penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama ketika siswa diperkenalkan pada suatu keterampilan gerak cabang olahraga, khususnya olahraga bolavoli. Disamping itu juga motor educability dapat memberikan Gambaran tentang tingkat kemampuan siswa dalam merespon, menerima dan melakukan suatu keterampilan yang diperolehnya

Atas dasar uraian di atas, perlu kiranya dapat melakukan tes motor educability sebagai informasi dan acuan dalam memberikan pembelajaran gerak kepada siswa usia remaja dan perbaikan untuk menuju pada latihan bolavoli yang baik dan benar.

B. Keterampilan Bola Voli

1. Pengertian

Bolavoli merupakan salah satu permainan beregu yang menggunakan bola sebagai alat permainannya. Cara memainkannya yaitu dengan memantul-mantulkan bola menggunakan lengan atau anggota badan lainnya, maksimal tiap regu melakukan sebanyak tiga kali sentuhan. Bola dipukul atau dipantulkan dari satu petak lapangan ke petak lapangan lain yang dibatasi oleh jaring (net). Tujuan permainan bolavoli adalah mengumpulkan angka sampai memperoleh angka kemenangan melalui penggunaan teknik-teknik dasar bolavoli dan penerapan strategi permainan. Prinsip dasar permainan bolavoli dijelaskan oleh Ma’mun dan Subroto (2001:43) bahwa, “Pada dasarnya prinsip bermain bolavoli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan sampai bola menyentuh lantai, bola dimainkan sebanyak-banyaknya tiga sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu diseberangkan ke lapangan lawan melewati jarring.”

Untuk dapat bermain bolavoli, pemain harus mengusai teknik-teknik dasar permainan bolavoli yang meliputi pas bawah dan atas (passing), smes (smash), servis (service) dan bendungan (blocking). Masing-masing teknik dasar mempunyai peran dan kedudukan yang sama penting dalam rangkaian suatu pola serangan maupun pertahanan.

Disamping aspek teknik, beberapa aspek sosial yang terkandung dalam permainan bolavoli adalah eksistensi diri, kerjasama, dan fair play. Eksistensi diri berkaitan dengan peran dan tugas dari masing-masing anggota tim yang keberadaannya benar-benar mendapat pengakuan dari anggota tim lainnya. Eksistensi diri sangat penting terutama untuk memberikan makna terhadap kedudukan seorang individu di dalam kelompoknya, yang dalam hal ini keberadaan seorang pemain di dalam timnya.

Kerjasama merupakan hal yang paling penting dalam permainan bolavoli, karena tanpa kerjasama yang baik maka strategi apapun tidak akan berhasil dan tepat guna dalam mencapai tujuan permainan. Kerjasama dibutuhkan terutama dalam mengatur serangan maupun pertahanan. Satu contoh kerjasama yang sederhana dalam pertandingan adalah seorang pemain menerima servis, kemudian mengoperkan bola kepada set-uper, set-uper mengumpan bola kepada smasher atau spiker, selanjutnya smasher atau spiker melakukan tugas akhir dengan sebaik-baiknya yaitu memukul bola ke daerah lawan tanpa dapat diantisipasi dan diatasi oleh lawan sehingga menghasilkan angka.

Fair play merupakan salah satu motto dalam setiap cabang olahraga, begitu pula dalam permainan bolavoli. Bermain secara jujur dan mengakui kehebatan lawan dalam setiap kekalahan yang diterima dengan lapang dada merupakan indikator fair play. Fair play tidak saja berlaku bagi tiap tim tetapi berlaku pula bagi tiap anggota dalam satu tim. Tidak mencari kambing hitam atau alasan atas penampilan yang kurang maksimal dan mengakui kemampuan rekan satu tim yang lebih baik dari rekan yang lain merupakan contoh fair play bagi setiap anggota dalam satu tim.

Bolavoli sebagai olahraga beregu memiliki karakteristik tersendiri terutama berkaitan dengan kondisi atlet yang beragam dalam satu tim. Masing-masing anggota memberikan peran yang relatif sama dalam tim. Masalah dan penanganan atlet olahraga beregu seperti bolavoli relatif berbeda dengan olahraga perorangan.

Dalam olahraga beregu, jika terdapat salah seorang pemain yang mengalami gangguan fisik dan psikologis seperti cedera dan rendahnya tingkat motivasi serta tingginya tingkat kecemasan, maka kondisi ini akan mempengaruhi kondisi tim. Oleh karena itu pemberdayaan dan pembinaan aspek fisik dan psikologis bagi kesiapan tim dalam menghadapi pertandingan adalah penting disamping penanganan secara individual.

Kemampuan dalam teknik dasar suatu cabang olahraga menggambarkan tingkat keterampilan dalam cabang olahraga tersebut. Indikator yang dapat diamati adalah penguasan teknik dasar cabang olahraganya. Seseorang dinyatakan terampil dalam suatu cabang olahraga, apabila ia dapat menguasai teknik-teknik dasar cabang olahraga tersebut dengan sempurna. Hal ini berarti aspek teknik meliputi keterampilan seseorang dalam suatu cabang olahraga.

Keterampilan sering diistilahkan dengan kata skill yang dalam dunia olahraga diartikan sebagai kemampuan dalam penguasaan suatu gerak. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Husdarta (2004:53) sebagai berikut:

“ Keterampilan motorik yaitu perkembangan penguasaan derajat pengendalian gerakan-gerakan tubuh melalui koordinasi kerja/fungsional antara sistem perototan. Perkembangan tersebut ditujukan sampai dengan tingkat motor skill yaitu tingkat koordinasi yang halus, hanya otot-otot tertentu saja yang berperan dalam pola gerakan yang dihasilkan, yaitu gerakan yang dilakukan secara efisien dan tepat guna. “

Aktivitas keterampilan dalam olahraga berbeda-beda antara satu cabang olahraga dengan cabang olahraga lain. Beberapa pendapat tentang keterampilan dikemukakan oleh para ahli, diantaranya, Davis (1995:231) mendefinisikan keterampilan sebagai, “Suatu kemampuan yang dipelajari untuk meningkatkan hasil sebelumnya dengan usaha maksimal.” Lutan (1998:94) menjelaskan, “Keterampilan dipandang sebagai satu perbuatan yang merupakan sebuah indikator dari tingkat kemahiran, juga dapat dinyatakan untuk menggambarkan tingkat kemahiran seseorang melaksanakan suatu tugas.” Gallahue (1999:408) mengemukakan:

“ Tipe keterampilan olahraga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1) keterampilan eksternal (external paced skill), keterampilan ini melibatkan respon-respon lingkungan yang berubah-ubah sehingga sulit diprediksi, dan 2) keterampilan internal (internaly paced skill), keterampilan yang tidak terpengaruh oleh kondisi lingkungan dengan sasaran yang tetap.”

Lutan (1998:96) menjelaskan, “Seseorang dapat dikatakan terampil atau mahir ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu dalam kualitas yang tinggi (cepat atau cermat) dengan tingkat keajegan yang cukup mantap.”

2 . Keterampilan Bolavoli

Keterampilan yang harus dikuasai oleh pemain bolavoli terdiri atas teknik service, passing, smash dan block. Adapun pembahasan mengenai keterampilan bolavoli dijelaskan pada bagian berikut:

a. Service

Service pada saat ini bukan saja berfungsi sebagai pembuka permainan melainkan sebagai serangan awal bagi regu yang melakukan service. Kedudukan service menjadi sangat penting, karena peraturan pertandingan yang berlaku saat ini menggunakan sistem rally point yaitu setiap perpindahan bola maupun bola mati menghasilkan point bagi regu yang memenangkan rally atau mematikan bola di lapangan lawan, sehingga dengan service yang sempurna akan dapat langsung mengumpulkan angka tanpa ada rally-rally. Mengenai teknik service adalah sebagai berikut:

1) Sikap permulaan: Berdiri dengan kaki kiri berada lebih ke depan daripada kaki kanan dan kedua lutut ditekuk. Tangan kiri menyangga bola sedangkan tangan kanan memegang bagian atas bola. Bola dilambungkan dengan tangan kiri ke atas kurang lebih setengah meter di atas kepala. Tangan kanan segera ditarik ke belakang atas kepala dengan telapak tangan kanan menghadap ke depan.

2) Sikap saat perkenaan: Setelah tangan kanan berada di atas belakang kepala dan bola berada sejangkauan tangan maka segera bola dipukul dengan cara memukul seperti pada smash.

3) Sikap akhir: Melakukan gerak lanjut dapat berupa menggerakkan tangan sesuai lintasan gerak dan melangkahkan kaki kanan ke depan.

Setelah bola berhasil dipukul maka bola akan menjadi top-spin selama menjalani lintasannya. Sewaktu akan melakukan service, perhatian harus selalu terpusat pada bola. Lecutan tangan dan lengan sangat diperlukan dan bila perlu dibantu dengan gerakan togok ke arah depan sehingga bola akan memutar lebih banyak. Pada waktu lengan dilecutkan, siku jangan sampai ikut tertarik ke bawah. Saat ini service tidak saja dilakukan dengan berdiri saja, melainkan dengan cara melompat layaknya smash dari daerah belakang yang disebut dengan jump service.

b. Passing

Passing adalah upaya mengoperkan bola kepada teman satu regu di dalam lapangan sendiri. Teknik passing dibagi menjadi passing atas dan passing bawah. Passing atas adalah upaya mengoperkan bola kepada teman satu regu di dalam lapangan sendiri menggunakan jari-jari dan telapak tangan. Sedangkan yang dimaksud dengan passing bawah adalah upaya mengoperkan bola kepada teman satu regu di dalam lapangan sendiri menggunakan kedua lengan yang dirapatkan. Mengenai pelaksanaan teknik passing atas adalah sebagai berikut:

1) Sikap permulaan: Pemain mengambil sikap siap normal, yaitu sikap yang memudahkan pergerakan. Berdiri dengan salah satu kaki berada di depan kaki yang lain. Dianjurkan bila tidak kidal, kaki kiri berada lebih ke depan dari kaki kanan. Lutut ditekuk, badan agak condong sedikit ke depan dengan tangan siap berada di depan dada. Pada saat akan melakukan passing, maka segeralah menempatkan diri di bawah bola, tangan diangkat ke atas depan kira-kira setinggi dahi. Jari-jari tangan secara keseluruhan membentuk suatu setengah bulatan. Jari-jari direnggangkan sedikit satu dengan yang lain dan kedua ibu jari membentuk satu sudut.

2) Sikap saat perkenaan bola: Perkenaan bola pada jari adalah di ruas pertama dan kedua terutama ruas pertama dari ibu jari. Pada saat jari disentuhkan pada bola maka-jari-jari agak ditegangkan sedikit dan pada saat itu juga diikuti gerakan pergelangan tangan, lengan ke arah depan atas agak eksplosif.

3) Sikap akhir: Setelah bola berhasil di-pass maka lengan harus lurus sebagai suatu gerakan lanjutan diikuti dengan badan dan langkah kaki ke depan agar koordinasi tetap terjaga dengan baik. Gerakan tangan, pergelangan, lengan dan kaki harus merupakan suatu gerakan yang harmonis. Pandangan ke arah jalannya bola.

Mengenai pelaksanaan teknik passing bawah adalah sebagai berikut:

1) Sikap Permulaan: Ambil posisi sikap siap normal. Pada saat tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta dalam keadaan terjulur ke bawah depan lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus keadaannya.

2) Sikap saat perkenaan: Pada saat akan mengenakan bola pada bagian sebelah atas dari pergelangan tangan, ambillah terlebih dahulu posisi sedemikian rupa sehingga badan berada dalam posisi menghadap pada bola. Bagian bola berada pada jarak yang tepat maka segeralah ayunkan lengan yang telah lurus dan difiksir tadi dari arah bawah ke atas depan. Tangan pada saat itu telah berpegangan satu dengan yang lain. Perkenaan bola harus diusahakan tepat di bagian proximal dari pergelangan tangan dan dengan bidang yang selebar mungkin agar bola dapat melambung secara stabil. Pantulan bola setelah mengenai bagian proximal dari pergelangan tangan akan memantul ke atas depan dengan lambungan yang cukup tinggi dan dengan sudut pantul 90o.

3) Sikap akhir: Setelah bola berhasil di-pass bawah maka segera diikuti pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.

Smash

Smash merupakan salah satu teknik dalam permainan bolavoli yang berfungsi sebagai senjata utama dalam melakukan penyerangan. Smash dapat dilakukan pada daerah serang maupun pada daerah belakang. Smash biasanya dilakukan dengan berbagai variasi serangan, baik satu penyerang, dua penyerang maupun tiga penyerang dalam satu gerakan serang untuk mengelabui pertahanan lawan.

Mengenai pelaksanaan teknik smash adalah sebagai berikut:

1) Sikap permulaan: Berdiri dalam sikap siap normal dengan jarak yang cukup dari jaring (3 – 4 meter). Pada saat akan mengadakan langkah ke depan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah kecil di tempat. Sesudah itu dilanjutkan dengan langkah ke depan dan letak bahu kiri selalu berada lebih dekat kepada jaring. Tolakan dilakukan dengan bertumpu pada kedua kaki, merendahkan badan dengan jalan menekuk lutut, kedua lengan berada di samping belakang badan. Tolakan kaki ke atas secara eksplosif dengan dibantu oleh ayunan kedua lengan dari arah belakang ke arah depan atas. Setelah menolak, kedua kaki relax, tangan kanan berada di samping atas kepala agak ke belakang sedikit lurus, telapak tangan menghadap ke depan sedangkan tangan kiri berada di samping depan kepala kira-kira setinggi telinga. Tangan kiri dalam keadaan relax dan ikut menjaga keseimbangan badan selama melayang di udara.

2) Sikap saat perkenaan: Saat melayang di udara diusahakan bola berada di atas depan smasher dan dalam jangkauan tangan. Segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola secepatnya. Perkenaan terjadi pada telapak tangan dengan gerakan lecutan lengan dan tangan. Hasil pukulan akan lebih baik jika pukulan dibantu gaya dorong togok dengan cara membungkukkan badan. Dalam hal ini gerakan lecutan tangan, lengan, dan togok adalah merupakan satu kesatuan gerakan yang harmonis dan eksplosif.

3) Sikap akhir: Setelah bola berhasil dipukul, maka lintasan gerak diteruskan sebagai follow through. Mendarat dengan kedua kaki dalam keadaan lentur dan kembali pada posisi siap.

c. Block

Block merupakan teknik pertahanan utama dalam permainan bolavoli yang dapat dilakukan baik secara tunggal maupun berkawan (dua atau tiga orang). Kedudukan block dalam permainan bolavoli sangat penting terutama dalam menahan serangan lawan dan dapat pula digunakan untuk mengumpulkan angka, karena jika block berhasil dan bola jatuh di lapangan penyerang menghasilkan angka bagi tim bertahan. Mengenai pelaksanaan teknik adalah sebagai berikut:

1) Sikap permulaan: Berdiri dengan kaki sejajar, badan menghadap pada jaring, kedua tangan berada di depan dada. Untuk awalan tolakan maka lutut ditekuk agak dalam, togok menjadi agak condong ke depan. Tolakan kedua kaki ke atas secara eksplosif. Begitu badan terangkat ke atas, maka tangan dijulurkan ke atas, jari-jari dibuka. Lengan dalam keadaan lurus dan condong ke depan.

2) Sikap saat perkenaan: Setelah melayang di udara maka pada saat bola dipukul oleh smesher, segeralah tangan dihadapkan kepada arah datangnya bola selanjutnya kuasai bola. Pada saat perkenaan tangan dengan bola, pergelangan tangan digerakkan secara eksplosif agar tangan dapat menekan bola ke arah bawah. Jari-jari ditegangkan. Usahakan tangan blocker benar-benar telah mengurung bola.

3) Sikap akhir: setelah bola mengenai tangan maka segera tangan ditarik dan posisi tangan berada seperti pada posisi persiapan.

3. Hasil Belajar Bolavoli

Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika padanya terjadi perubahan tertentu, misalnya dari tidak dapat bermain bolavoli menjadi dapat bermain bolavoli, dari tidak tahu peraturan permainan bolavoli menjadi tahu peraturan permainan bolavoli, dari tidak tahu tata krama dan sopan santun dalam bermain bolavoli menjadi tahu tata krama dan sopan santun dalam bermain bolavoli. Namun tidak semua perubahan yang terjadi tersebut disebabkan karena seseorang telah belajar, misalnya bayi yang sebelumnya tidak dapat memegang benda, duduk dan merangkak, kemudian bayi tersebut dapat melakukan itu semua. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena kematangan (maturation).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar. Slameto (1995:3) menjelaskan tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu “Perubahan terjadi secara sadar, bersifat kontinyu, positif dan aktif, bersifat tetap serta mencakup seluruh aspek tingkah laku.” Kemudian Suparyanti (1992:3) menjelaskan sebagai berikut:

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena usaha.

Saripudin (1992:77) mengemukakan, “Definisi belajar memusatkan perhatian pada tiga hal yaitu: 1) belajar harus bersifat mengubah individu, 2) perubahan itu merupakan hasil dari pengalaman, dan 3) perubahan itu terjadi dalam perilaku individu yang memang mungkin.”

Supandi (1991:7) menjelaskan tentang hal-hal yang terkandung dalam belajar sebagai berikut: “Selalu mengandung perubahan yang berurusan dengan pribadi, Perubahan itu terjadi pada perilaku seseorang dan bertahan lama, serta upaya atau pengalaman yang disusun secara sengaja dalam situasi dan tujuan tertentu.”

Slameto (1995:2) menjelaskan, “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Gagne yang dikutip Dahar (1996:11) menyatakan, “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.” Kemudian Usman (1990:2) menyatakan, “Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.”

Berdasarkan penjelasan dan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dalam rangka mencapai tujuan berupa perubahan tingkah laku yang menetap melalui latihan dan pengalaman.

Berkaitan dengan pembelajaran, Hamalik (1995:57) menjelaskan, “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Lebih lanjut lagi Hamalik (1995:58-64) mengemukakan sebagai berikut:

a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa

b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah

c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik

d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik

e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan seseorang terhadap orang lain sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dari individu yang belajar. Dengan kata lain belajar adalah usaha yang dilakukan seorang individu dalam memperoleh perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran adalah upaya yang dilakukan orang lain terhadap seorang individu dengan memberikan informasi dan pengetahuan.

Prestasi sering diartikan sebagai hasil yang dicapai. Hasil tersebut dapat bernilai positif dan negatif. Dinyatakan positif jika terjadi peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya, dan dinyatakan negatif jika tidak terjadi perubahan sama sekali.

Berkaitan dengan proses belajar, maka hasil pembelajaran yang dimaksud dalam bahasan ini adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini mengandung makna bahwa hasil pembelajaran merupakan hasil yang dicapai akibat adanya perubahan perilaku siswa, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Karakteristik prestasi hasil pembelajaran dijelaskan oleh Maher yang dikutip Mulkina (2000:11) sebagai berikut:

a. Prestasi hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Pengukuran atas perubahan tingkah laku itu dapat dilakukan dengan tes prestasi hasil belajar.

b. Prestasi hasil belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya. Baik berdasarkan tolok ukur yang ditetapkan lebih dahulu oleh penilai maupun yang telah ditetapkan menurut norma kelompok.

c. Prestasi hasil belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Tinggi rendahnya prestasi hasil belajar individu bergantung pada seberapa jauh ia mampu memenuhi dan menyelesaikan dengan baik tugas-tugas yang diberikan kepadanya setelah menjalani proses belajar tertentu.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa hasil belajar mengGambarkan perubahan tingkah laku baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Prestasi hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri individu (faktor eksternal). Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar siswa penting artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi hasil belajar yang sebaik-baiknya.

Secara umum prestasi hasil pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Saduloh (1993:79) mengemukakan sebagai berikut:

Yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain-lain.

b. Faktor psikologis yang terdiri atas:

1) Faktor intelektif yang meliputi:

· Faktor potensi yaitu kecerdasan dan bakat

· Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dicapai

2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur kepribadian seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan adaptasi.

c. Faktor kematangan fisik dan psikis

Sedangkan yang tergolong faktor eksternal yaitu:

a. Faktor sosial, yaitu:

1) Lingkungan keluarga

2) Lingkungan sekolah

3) Lingkungan masyarakat

4) Lingkungan kelompok

b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian

c. Faktor lingkungan fisik, seperti rumah, fasilitas belajar, dan iklim geografis

d. Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa. Masing-masing faktor mempunyai peran dan pengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Hasil belajar keterampilan mencerminkan domain psikomotorik yang menitikberatkan pada aspek gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Yamin (2005:37) menjelaskan, “Kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.”

Mengenai jenjang-jenjang domain psikomotorik, Singer dan Dick (1974) dalam Hamalik (1995:82) menjelaskan sebagai berikut:

a. Contacting, manipulating, and/or moving an object

b. Controlling the body or object, as in balancing

c. Moving and/or controlling the body or parts of the body in space in a brief timed act or sequence under predictable and/or unpredictable conditions

d. Making controlled, appropriate sequential movements (not time restricted) in a predictable and/or unpredictable and changing situation

Maksud penjelasan di atas adalah jenjang domain psikomotorik meliputi perkenaan, manipulasi dan pergerakan dengan suatu objek, mengontrol tubuh atau keseimbangan, bergerak dan mengontrol bagian atau seluruh tubuh dalam suatu ruang dan waktu di bawah situasi yang dapat diprediksi maupun tidak diprediksi.

Hasil belajar menggambarkan adanya perubahan perilaku siswa baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan proses belajar keterampilan bolavoli, maka hasil pembelajaran keterampilan bolavoli yang dimaksud dalam bahasan ini adalah perubahan perilaku siswa khususnya secara psikomotorik dalam hal keterampilan bolavoli.

Hasil belajar keterampilan bolavoli dapat diamati dan terukur, karena penguasaan terhadap keterampilan bolavoli dapat terlihat dari kemampuan seseorang bermain bolavoli. Selain itu dapat dilakukan melalui tes keterampilan bolavoli.

Indikator pencapaian hasil belajar keterampilan bolavoli siswa dapat ditunjukkan dengan penguasaan siswa terhadap keterampilan teknik dasar bolavoli yang meliputi passing, service dan smash dan blocking.

D. Hubungan Motor educability dengan Hasil Belajar Keterampilan Bolavoli

Tingkat motor educability seseorang mengGambarkan kemampuan seseorang untuk mempelajari pelajaran yang baru. Apabila seseorang mempunyai tingkat motor educability yang tinggi maka seseorang itu akan dengan mudah mempelajari pelajaran yang baru.

Dalam proses pembelajaran olahraga bolavoli, ada 4 teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain bolavoli yaitu: service, passing, smash dan block. Keempat teknik dasar ini dipelajari oleh pemain bolavoli pada saat pengenalan olahraga bolavoli. Dengan menguasai keempat teknik dasar bolavoli dengan baik, maka pemain bolavoli dapat bermain bolavoli dengan teknik yang baik pula. Oleh karena itu seorang pemain bolavoli yang mempunyai tingkat motor educabilty yang tinggi, akan dengan mudah mempelajari keempat teknik dasar bolavoli tersebut. Kemudahan pemain bolavoli menyerap pelajaran teknik dasar ini dapat mempermudah pemain bolavoli itu untuk terus meningkatkan kualitas teknik-teknik dasar yang harus dikuasainya. Dengan tingkat motor educability yang tinggi maka pemain bolavoli dapat mempelajari teknik dasar tersebut menjadi efektif dan efisien. Service, passing, smash dan block yang dilakukan dengan efektif akan mencapai hasil yang baik, dan akan lebih baik lagi apabila dapat dilakukan dengan efisien, karena dengan melakukan gerakan dengan efisien maka pemain bolavoli akan dapat menghemat pengeluaran energi yang tidak seharusnya dikeluarkan.

Hubungan tingkat motor educability dengan penguasaan teknik dasar olahraga bolavoli adalah apabila pemain bolavoli mempunyai tingkat motor educability yang tinggi, maka pemain bolavoli akan dapat dengan mudah dan cepat mempelajari keempat teknik dasar olahraga bolavoli tersebut. Dengan waktu yang cepat dalam mempelajari keempat teknik dasar ini maka waktu yang diperlukan akan efisien. Apabila pemain bolavoli sudah menguasai keempat teknik dasar bolavoli, maka pemain bolavoli harus terus meningkatkan teknik-teknik dasar agar dapat dipergunakan secara efektif dalam pertandingan bolavoli yang sebenarnya.

Seorang pemain bolavoli yang mempunyai tingkat motor educability yang tinggi akan bisa menghasilkan teknik dasar olahraga bolavoli dengan efektif dan efisien. Juga ia akan dapat dengan mudah memperbaiki koreksi-koreksi yang diberikan maka hal ini juga akan mempengaruhi pengeluaran energi yang efisien dan efektif untuk teknik dasar yang akan dipelajarinya.

Ø Metodologi Penelitian

A. Tahapan Penelitian

1. Tahap Persiapan Awal

Pada tahap ini dilakukan penyusunan alat dan fasilitas tes, penetapan sampel, perizinan, dan jadwal tes. Dalam hal ini segala sesuatu yang berhubungan dan akan mempengaruhi proses pengumpulan data dipersiapkan sedemikian rupa.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini tes dilaksanakan sesuai rencana dan jadwal. Petunjuk pelaksanaan tes dijelaskan sebelum tes dimulai yang selanjutnya melakukan pengumpulan data sesuai jenis tesnya.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini dilakukan rekapitulasi data dan pendokumentasian data sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Selanjutnya data dikelompokkan sesuai jenis dan bentuk tesnya untuk dilakukan analisis dan membuat kesimpulan penelitian.

B. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data.

Sesuai dengan masalah yang ingin dikaji maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pola korelasional. Tentang metode deskriptif dijelaskan oleh Sudjana dan Ibrahim (2001:64) sebagai berikut:

“ Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.”

Hal serupa dikemukakan oleh Surakhmad (1998:139) bahwa, “Penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang.” Hadi (1997:285) menjelaskan, “Salah satu teknik statistik yang kerap kali digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel adalah teknik korelasi.” Kemudian Nurhasan (1990:17) menjelaskan, “Korelasi adalah hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, yang besar kecilnya ditentukan oleh koefisien korelasi.” Berdasar pada beberapa pendapat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian deskriptif korelasional adalah penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada saat sekarang yang nampak dalam suatu situasi dengan mencari hubungan antara beberapa variabel. Data yang diperoleh itu dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis untuk penelitian ini ingin mengungkap masalah yang terjadi pada masa sekarang. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian ini ingin meneliti sejauhmana hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli.

C. Prosedur Penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.3

Desain Penelitian

Keterangan:

X1 : motor educability

Y : hasil belajar keterampilan bolavoli

rx1y : hubungan motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli

Gambar 1.3 di atas menggambarkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli.

2. Langkah-langkah Penelitian

Mengenai langkah-langkah penelitian, Sutresna (2002:125) yang diadaptasi dari Gay (1996:91-98) menjelaskan bahwa: “Umumnya langkah penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori, perumusan hipotesis, penentuan metode penelitian, analisis dan interpretasi data, penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam gambar berikut:

Gambar 2.3

Langkah-langkah Penelitian

D. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam menyusun sampai dengan menganalisis data sehingga mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan sumber data. Pada umumnya sumber data dalam penelitian disebut populasi dan sampel penelitian. Sudjana dan Ibrahim (2001:84) menjelaskan, “Populasi maknanya berkaitan dengan elemen, yakni unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut dapat berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas, organisasi dan lain-lainnya.” Kemudian Arikunto (2002:108) menjelaskan, “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.” Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian tempat diperolehnya informasi yang dapat berupa individu maupun kelompok. Sedangkan mengenai sampel penelitian Arikunto (2002:109) menjelaskan, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putera SMPN 2 Indramayu yang mengikuti kegiatan ekstra-kurikuler bolavoli sebanyak 30 orang. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak jumlah anggota populasi yaitu 30 orang, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui sampling seadanya. Sudjana (2002:167) menjelaskan, “Pengambilan sebagian dari populasi berdasarkan seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan kerepresentatifannya, dapat digolongkan ke dalam sampling seadanya.”

E. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam penelitian terutama berkaitan dengan proses pengumpulan data. Arikunto (2002:126) menjelaskan, “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode.” Selanjutnya Nurhasan (2000:1) menjelaskan mengenai tes dan pengukuran yaitu: “Suatu alat yang digunakan dalam memperoleh data dari suatu obyek yang akan diukur, sedangkan pengukuran merupakan suatu proses untuk memperoleh data.” Berkaitan dengan penelitian ini, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengukur kemampuan dalam mempelajari gerak baru (motor educability) digunakan tes Iowa-Brace yang dikutip dari Nurhasan (2000:109).

2) Untuk mengukur hasil belajar keterampilan bolavoli digunakan tes keterampilan bolavoli yang meliputi tes pas atas dan bawah, servis dan smash yang dikutip dari Nurhasan (2000:174). Tes tersebut dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kemampuan siswa, selanjutnya diuji validitas dan reliabilitas.

Secara rinci uraian tes tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1) Tes Motor educability (Iowa-Brace Test).

1. Tes One Foot-Touch Head

Berdiri pada kaki kiri, membengkok ke depan dan letakkan kedua tangan pada lantai, angkatlah kaki kanan lurus ke belakang. Sentuhkan kepala pada lantai dan akhirnya kembali bersikap berdiri dengan tanpa kehilangan keseimbangan.

Gagal apabila:

  1. tidak menyentuhkan kepala pada lantai
  2. kehilangan keseimbangan
  3. kaki kanan menyentuh lantai

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai Tes One Foot-Touch Head dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3

Tes One Foot-Touch Head

2. Tes Three Dips.

Ambil sikap tidur ke depan (posisi atas untuk push-up). Tekukkan kedua tangan, sentuhkan dada ke lantai dan push-up lagi sampai tangan benar-benar lurus. Lakukan 3 kali. Jangan sentuh lantai dengan kaki atau perut.

Gagal apabila:

a. tidak push-up 3 kali

b. dada tidak menyentuh lantai

c. anggota badan menyentuh lantai selain tangan, kaki dan dada.

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai tes three dips dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Tes Three Dips

3. Tes Forward Hand Kick

Melompat tinggi-tinggi, ayunkan kedua kaki ke depan (lutut lurus), bungkukkan badan ke depan dan sentuhkan kedua ujung jari kaki dengan kedua tangan sebelum lompatan berakhir

Gagal apabila:

a. Tidak menyentuh kedua ujung jari kaki sewaktu di udara

b. Membengkokkan lututnya lebih dari 45o

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai Tes Forward Hand Kick dapat dilihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3

Tes Forward Hand Kick

4. Tes Stork Stand

Berdiri pada kaki kiri. Letakkan telapak kaki kanan pada lutut kaki kiri sebelah dalam. Kedua tangan bertolak pinggang. Pejamkan mata dan pertahankan sikap ini selama 10 detik dengan tanpa memindahkan kaki kiri dari tempatnya semula.

Gagal apabila:

a. Kehilangan keseimbangan

b. Melepaskan telapak kaki kanan dari lutut kaki kiri

c. Membuka mata dan melepaskan dari pinggangnya

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai Tes Stork Stand dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3

Tes Stork Stand

5. Tes Single Squat Balance.

Jongkok dengan kaki sebelah. Kaki yang lain diluruskan ke depan tanpa menyentuh lantai. Kedua tangan di pinggang. Kuasailah sikap ini sampai hitungan kelima.

Gagal apabila:

a. Tangan tidak di pinggang lagi

b. Kaki yang lurus ke muka mengenai lantai

c. Kehilangan keseimbangan

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai Tes Single Squat Balance dapat dilihat pada Gambar 7.3.

Gambar 7.3 Tes Single Squat Balance

Bagian 2:

1. Tes Side Kick

Ayunkan kaki ke sebelah kiri dan bersamaan dengan itu melompat-lompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan, sentuhkan kedua kaki di udara, kedua kaki waktu bersentuhan harus segaris dan sejajar serta di sebelah pundak kiri. Jatuh dengan kaki kangkang.

Gagal apabila:

a. Kaki kiri tidak cukup diayun

b. Tidak menyentuhkan kedua kaki sewaktu di udara

c. Jatuh tidak dengan kaki kangkang

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai Tes Side Kick dapat dilihat pada Gambar 8.3.

Gambar 8.3 Tes Side Kick

2. Tes Graspevine

Berdiri dengan kedua tumit rapat, membungkuk ke depan, surungkan kedua belah tangan di antara lutut, sehingga kedua tangan berada di belakang pergelangan kaki, skhirnya jari-jari tangan saling berkaitan di muka pergelangan kaki. Pertahankan sikap ini sampai 15 detik.

Gagal apabila:

a. Kehilangan keseimbangan,

b. Kedua tangan tidak melingkari pergelangan kaki (tidak sampai),

c. Tidak dilakukan dalam jangka waktu 5 detik

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai tes Graspevine dapat dilihat pada Gambar 9.3.

Gambar 9.3

Tes Graspevine

3. Tes Jump Foot

Berdiri pada sebelah kaki. Ibu jari kaki dipegang oleh tangan yang berlawanan di muka tubuh. Lompat ke atas dan usahakan kaki yang bebas melompati kaki yang dipegang dengan tanpa melepaskan pegangannya.

Gagal apabila:

a. Pegangannya terlepas

b. Tidak melompati kaki yang dipegang

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai Tes Jump Foot dapat dilihat pada Gambar 10.3.

Gambar 10.3

Tes Jump Foot

4. Tes Lompat Dua Kaki (Knee, Jump to Feet)

Berlutut dengan kedua kaki dengan sikap kura-kura dan ujung-ujung jari kaki yang berkuku mengenai lantai. Ayunkan kedua lengan dan melompat ke atas dengan tanpa mengubah sikap ujung kaki terlebih dahulu, sampai berdiri tegak.

Gagal apabila:

1) mengubah sikap ujung-ujung jari kaki

2) tidak nyata-nyata bahwa melompat dan berdiri dengan tidak stabil

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai tes Lompat Dua Kaki (Knee, Jump to Feet) dapat dilihat pada Gambar 11.3.

Gambar 11.3

Tes Lompat Dua Kaki (Knee, Jump to Feet)

5. Tes Tari Rusia (Russian Dance)

Jongkok, luruskan keadaan kaki yang sebelah. Lakukan tarian Rusia dengan jalan sedikit melompat dan sekaligus bertukar kaki. Luruskan sampai 4 kali sehingga tiap-tiap kaki mendapat giliran 2 kali. Tumit kaki yang dilipat harus mengenai pantat.

Gagal apabila:

1) kehilangan keseimbangan

2) masing-masing kaki tidak melakukan 2 kali latihan

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

Mengenai tes Tari Rusia (Russian Dance) dapat dilihat pada Gambar 12.3.

Gambar 12.3

Tes Tari Rusia (Russian Dance)

Penilaian: masing-masing tes diberikan skor 2 untuk setiap pelaksanaan gerakan yang benar, bila dilakukan satu kali, sedangkan bila gerakan baru bisa dilakukan pada kesempatan kedua, skor yang didapatnya hanya 1. Bila testi gagal diberikan nilai 0.

2) Tes Keterampilan Bolavoli

1. Tes Mengoperkan Bola

a. Tujuan: mengukur keterampilan pas atas dan bawah

b. Alat / Perlengkapan: dinding untuk petak sasaran, bolavoli, stop watch

c. Pelaksanaan: Testee berdiri di bawah petak sasaran, saat tanda dimulai dan stop watch dijalankan, maka bola dilempar ke sasaran di dinding setinggi 3,5 meter dari tempat yang bebas, setelah bola memantul kembali, bola di pas ke dinding dalam kotak sasaran.

d. Penyekoran: Banyaknya bola yang di-pas ke dinding dan sah, selama satu menit dijadikan data testee.

2. Tes Service

a. Tujuan: mengukur kemampuan mengarahkan bola servis ke arah sasaran dengan tepat dan terarah

b. Alat / Perlengkapan: lapangan bolavoli, net dan tiang net, tiang bamboo 2 buah, tambang plastik 30 meter

c. Pelaksanaan: Testee berada dalam daerah servis dan melakukan servis yang sah, bentuk pukulan servis bebas, kesempatan melakukan servis sebanyak 6 kali.

d. Penyekoran: Skor setiap servis ditentukan oleh tinggi bola pada waktu melampaui jaring dan angka sasaran dimana bola jatuh, yaitu:

1) Bola yang melewati jaring diantara batas atas jaring dan tali setinggi 50 cm, skor: angka sasaran dikalikan dua

2) Bola yang melewati jaring diantara kedua tali yang direntangkan, skor: angka sasaran dikalikan dua

3) Bola yang melewati jaring lebih tinggi dari tali yang tertinggi, skor: angka sasaran

4) Bola yang menyentuh tali batas di atas jaring dihitung telah melampaui ruang dengan angka perkalian yang lebih besar

5) Bola yang menyentuh garis batas sasaran dihitung telah mengenai sasaran dengan angka yang lebih besar

6) Bola yang dimainkan dengan cara yang tidak sah atau bola menyentuh jaring, dan atau jatuh di luar bagian lapangan dimana terdapat sasaran, skor: 0.

7) Skor untuk servis adalah jumlah dari empat skor hasil perkalian terbaik

3. Tes Spike

a. Tujuan: mengukur keterampilan melakukan spike/serangan di atas net ke sasaran dengan cepat dan terarah

b. Alat/Perlengkapan: lapangan bolavoli, net dan tiang net, bolavoli

c. Pelaksanaan: Testee berada dalam daerah serang, bola dilambungkan atau diumpan dekat atas jaring ke arah testee, dengan atau tanpa awalan testee loncat dan memukul bola melampaui jaring ke dalam lapangan di seberangnya dimana terdapat sasaran dengan angka-angka, stopwatch dijalankan pada waktu bola tersentuh oleh tangan testee, dan dihentikan pada saat bola menyentuh lantai

d. Penyekoran: Skor terdiri atas dua bagian yang tidak terpisahkan; angka sasaran + waktu dari kecepatan jalannya bola, skor waktu dalam detik hingga persepuluhnya bola yang menyentuh batas sasaran dihitung telah masuk sasaran dengan angka yang lebih besar, skor = 0 jika pemukul menyentuh jaring dan atau bola jatuh di luar daerah sasaran, meskipun skor = 0, waktu tetap dicatat

e. Skor untuk spike: Jumlah angka dan detik dari lima kali kesempatan

Untuk tes keterampilan bolavoli dilakukan penjumlahan skor dari setiap item tes sehingga menjadi skor yang menggambarkan skor keterampilan bolavoli. (Nurhasan, 2000:166).

F. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Mengenai penghitungan data yang bersifat kuantitatif dijelaskan oleh Arikunto (2002:208) sebagai berikut:

Data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil penghitungan atau pengukuran dapat diproses dengan beberapa cara antara lain:

a. Dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase.

b. Dijumlahkan, diklasifikasikan sehingga merupakan suatu urutan dan selanjutnya dibuat suatu tabel, kemudian diproses menjadi penghitungan untuk mengambil kesimpulan.

Berdasar pada penjelasan di atas maka pengolahan dan analisis data yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata dari setiap kelompok sampel, dengan menggunakan pendekatan dari Sudjana (1996:62):

S Xi

X =

n

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

X = Skor rata-rata yang dicari

Xi = Nilai data

S = Jumlah

n = Jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku, menurut Sudjana (1996:94):

S (X-X)2

S =

n – 1

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

S = Simpangan baku yang dicari

n = Jumlah sampel

S (X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menyamakan satuan data hasil tes menggunakan T-skor sebagai berikut:

X – X

T-skor = 50 + 10 untuk satuan nominal

s

X – X

T-skor = 50 + 10 untuk satuan waktu

s

4. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur yang digunakan menurut Sudjana (1996:466) adalah:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan menggunakan rumus:

Xi – X

Z1 =

S

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Z1) = P (Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … Zn SZi. Jika proporsi ini dinyatakan S(Zi), maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn S Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata a yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

5. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motor educability dengan hasil belajar keterampilan bolavoli, maka digunakan langkah-langkah pengolahan dan analisis data yaitu uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas data dan uji linieritas regresi. Mengenai uji persyaratan analisis dapat dilihat pada uraian berikut ini:

a. Menguji korelasi linier antara dua variabel

1. Menentukan persamaan regresi

(SX2) (SY) – (SX) (SXY)

a = -------------------------------------

n (SX2) – (SX)2

n (SXY) – (SX) (SY)

b = -------------------------------------

n (SX2) – (SX)2

b. Tes linieritas regresi

1. Menghitung jumlah kuadrat regresi a

2. Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a

3. Menghitung jumlah kuadrat residu

4. Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan

5. Menghitung jumlah kuadrat ketidak-cocokan

6. Menghitung derajat kebebasan kekeliruan

7. Menghitung derajat kebebasan ketidak-cocokan

8. Menghitung rata-rata kuadrat kekeliruan

9. Menghitung rata-rata kuadrat ketidak-cocokan

10. Menghitung nilai F ketidak-cocokan

11. Menghitung nilai F dari daftar

12. Pemeriksaan linieritas regresi

13. Membuat tabel ringkasan anava untuk tes linieritas regresi

6. Menghitung koefisien korelasi dengan cara mengkorelasikan data variabel X dengan data variabel Y menggunakan rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut:

n S XY – (SX) (SY)

rxy =

(n (SX2) – (SX)2 ) (n (SY2) – (SY)2 )

7. Menguji signifikansi korelasi menggunakan rumus sebagai berikut:

t = r Ö n - 2

Ö 1 – r 2

1 komentar: